Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL”
Makalah ini berisikan tentang informasi OBAT atau yang lebih khususnya membahas perkembangan obat tradisional di Indonesia, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Perkembangan Obat Tradisional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar,
Maret 2013
Ananda
Lisda Putri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini obat tradisional banyak beredar di pasaran, dari
desa-desa sampai ke kota sudah mengenal akan obat tradisional, yang terbuat
dari bahan-bahan alami yg diambil dari alam. Bahkan saat ini masyarakat lebih
dominan condong ke obat tradisional. Menurut mereka, obat tradisioal tidak
menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan tubuh selain itu harganya
murah dapat di jangkau di berbagai kalangan masyarakat.
Kalau begini pabrik obat-obat kimia semakin mempunyai banyak saingan, bukan hanya saingan terhadap sesama pabrik obat-obat kimia melainkan bersaing juga terhadap pabrik obat tradisional. Seharusnya pabrik obat-obat kimia berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat tentang obat kimia menimbulkan efek samping yang lebih besar daripada obat-obat tradisional, dan seharusnya pabrik obat-obat kimia lebih menginovasi produk-produknya dan meminimalkan efek samping yang terkandung dalam obat-obat kimia..
Kalau begini pabrik obat-obat kimia semakin mempunyai banyak saingan, bukan hanya saingan terhadap sesama pabrik obat-obat kimia melainkan bersaing juga terhadap pabrik obat tradisional. Seharusnya pabrik obat-obat kimia berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat tentang obat kimia menimbulkan efek samping yang lebih besar daripada obat-obat tradisional, dan seharusnya pabrik obat-obat kimia lebih menginovasi produk-produknya dan meminimalkan efek samping yang terkandung dalam obat-obat kimia..
BAB II
PEMBAHASAN
Obat
yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu..
Perlu diketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa kerennya sich '"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.
Perlu diketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa kerennya sich '"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.
Sudah
banyak zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang – Ephedra
vulgaris), digoksin (digitalis
lanata), genistein (dari
kacang kedelai) dan lainnya.
Baru
sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai “menampakkan
diri”. Aspirin salah satu
indikator kemajuan obat kimia sintetis saat itu. Pada tahun 1935 terjadi
gebrakan dalam penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin pada tahun 1940. Seperti
diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat
disembuhkan dengan menutupinya dengan kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi
baru sekitar tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr.
Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin.
Sejak
saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar 500 zat
per tahun-nya). Hal ini membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat
pesat.
Secara
umum, kebanyakan obat “kuno” telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih
“modern”. Eits, bukan berarti obat modern bisa “santai”, sebab persaingan
selanjutnya adalah antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat
terganti dengan obat modern yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih
efektif.
Meski begitu, diperkirakan lebih
dari 78% obat yang beredar sekarang adalah merupakan hasil dari penemuan tiga
dasawarsa terakhir.
nah,sekarang sudah tahu kan kawan bagaimana sejarah obat dari jaman purba hingga sekarang ini ..
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian yang mencari ilmu perkembangan sejarah obat tradisional.
nah,sekarang sudah tahu kan kawan bagaimana sejarah obat dari jaman purba hingga sekarang ini ..
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian yang mencari ilmu perkembangan sejarah obat tradisional.
Bentuk obatan-obatan tradisional yang paling menguntungkan
secara finansial adalah obat-obatan herbal yang memang oleh Organisasi
Kesehatan Dunia atau WHO telah dinyatakan dapat mengobati penyakit kronis.
Salah satunya adalah obat malaria yang dikembangkan dari
penemuan zat artimisinin yang ditemukan dari tumbuhan Artemisia annua L,
tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat Cina sejak 2000 tahun lalu.
Bahkan, negara-negara berkembang di seluruh dunia mulai
menggunakan obat tradisional termasuk didalamnya akupuntur. Ya, saat ini,
sebesar 70%-80% dari total populasi di negara-negara berkembang telah
menggunakan pengobatan alternatif.
Obat tradisional menurut WHO adalah keseluruhan dari
pengetahuan, keterampilan, dan praktek berdasarkan teori, kepercayaan, dan
pengalaman asli setempat yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan penyakit fisik dan mental.
Obat
tradisional termasuk di dalamnya obat-obatan herbal, pijat, akupuntur, dan
lainnya. Obat-obatan herbal telah mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat
dunia.
Ini
dibuktikan dengan banyaknya pendapatan dari adanya perdagangan obat-obatan
herbal di Eropa Barat, Cina, dan Brazil. Obat herbal dapat mengobati berbagai
keluhan yang mereka adukan kepada dokter.
Masalah
yang meliputi kesehatan jantung dan sirkulasi darah termasuk didalamnya angina,
tekanan darah tinggi, dan varises bisa dirawat dengan obat-obatan herbal.
Begitu
juga dengan penyakit yang berhubungan dengan ginekologi seperti menstruasi dan
menopause. Di samping itu, obatan-obatan herbal tanpa bahan kimia juga dapat
menanggulangi penyakit seperti insomnia, migrain, influenza, asma, demam, dan
reaksi alergi lainnya.
Bagaimana
dengan keamanananya? Ada banyak orang yang menganggap bahwa obat-obatan herbal
berasal dari tumbuhan sehingga obat-obat ini tidak memiliki efek samping.
Namun, faktanya obat-obatan herbal bisa saja berbahaya dan memiliki efek buruk
jika kualitas obat-obatan herbal sangat rendah.
Tak
hanya itu, tak sedikit pula orang-orang yang berkecimpung dalam dunia medis
menolak penggunaan obat-obatan herbal akibat belum adanya banyak penelitian
tentang kandungan obat-obatan herbal dan efeknya bagi tubuh.
Meski
demikian, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah membuat strategi untuk
mendukung dan mengintegrasikan pengobatan tradisional termasuk didalamnya
obat-obatan herbal ke dalam sistem kesehatan nasional bagi negara-negara
anggota WHO.
Organisasi ini juga akan memastikan bahwa pengobatan
tradisional yang dipasarkan memiliki kualitas yang baik serta penggunaanya aman
bagi masyarakat dunia. Selain itu, WHO juga akan mengakui pengobatan
tradisional sebagai bagian dari perawatan kesehatan primer.
Tentu
saja, misi ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Organisasi Kesehatan
Dunia sebab tidak banyak negara yang memiliki regulasi tentang obat
tardisional.
Selain
itu, penelitian tentang berbagai macam pengobatan herbal harus ditingkatkan
untuk kepentingan misi WHO. Namun, menilai kualitas suatu produk obat herbal
terbilang cukup kompleks karena harus melihat sumber tanaman tradisional dan proses
pengolahannya.
Tulisan
ini: “Prospek Pengembangan Herbal Masa Depan: dari komoditas ke merek
(branding)”, pernah dimuat pada Herba Magazine, Edition: July, 2006.
Tanaman
obat (herbal medicine) selama ini sudah banyak digunakan sebagai
alternatif pengobatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia; namun baru
sedikit yang dikemas sebagai “brand” yang mampu bersaing dengan obat kimia
lainya; padahal bahan baku herbal ini banyak tersedia dengan harga murah dan
mudah didapat; mengapa potensi ini tidak dikembangkan dan menjadi andalan bagi
industri farmasi di Indonesia di masa depan?
Apalagi
ketika nilai tukar rupiah jatuh. Dimana bahan baku obat kimia impor juga ikut
naik akibat melemahnya nilai rupiah. Sehingga harga obat-obatan kimia
’bermerek’ mulai menyesuaikan diri dengan kenaikan harga bahan baku impor.
Akibatnya sebagian besar masyarakat Indonesia yang berpenghasilan ’pas-pasan’
sangat sulit untuk menjangkau harga obat kimia yang membumbung tinggi. Oleh
karena itu, alternatif yang ditempuh adalah pengembangan obat-obatan bersumber
bahan baku dari alam.
Obat
alami (secara tradisional dikenal dengan nama jamu) dan di dunia farmasi
sekarang lebih dikenal dengan sebutan herbal medicine sejak dulu sudah
digunakan oleh nenek moyang secara turun temurun sebagai alternatif mengatasi
permasalahan kesehatan.
Obat
alami (herbal medicine) adalah sediaan obat, baik berupa obat tradisional atau
fitofarmaka, yang berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan),
ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam, baik yang
berasal dari sumber daya alam biotik (jasad renik, flora dan fauna, serta biota
laut) maupun abiotik (meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan
mencakup kekayaan/potensi yang ada di dalamnya) (Hera Maheshwari, 2002).
Trend
self medication di
Indonesia
Perkembangan
obat alami ini, selaras dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya
pencegahan dari pada pengobatan penyakit 1); perkembangan obat-obat tanpa resep
dokter (OTC); dan imbauan Depkes akan perlunya upaya back to nature sebagai
upaya pencegahan penyakit sehingga berkembangnya trend pengobatan sendiri (self
medication) di masyarakat Indonesia.
Dari
segi harga, obat alami ini relatif lebih murah, karena bahan bakunya murah,
mudah, dan banyak tersedia; sehingga harga obat-obatan herbal ini dapat
terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Bandingkan dengan obat-obat kimia yang
relatif lebih mahal; disebabkan sekitar 90% bahan baku obat tersebut harus di
impor dari luar negeri; antisipasinya adalah perlu bagi industri farmasi
Indonesia untuk mengembangkan dan meningkatkan penelitian produk obat-obatan
dari bahan-bahan alami.
Pasar
obat herbal di Indonesia sendiri masih cukup memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan. Masyarakat Indonesia sudah cukup familiar dengan tanaman obat.
Dari zaman dahulu, secara turun temurun pengobatan yang dilakukan oleh
pendahulu kita dilakukan dengan menggunakan tanaman obat.
Hebal
medicine kalangan Medis
Dalam
upaya mengembangkan obat tradisional, ketersediaan bahan baku, ketersediaan
obat dalam jenis dan jumlah yang cukup, keterjaminan kebenaran khasiat, mutu
dan keabsahan obat yang beredar, serta perlindungan masyarakat dari
penyalahgunaan obat yang dapat merugikan/membahayakan masyarakat merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan. Dalam kondisi seperti saat
ini, upaya yang paling tepat adalah mendorong pengembangan obat tradisional ke
arah fitofarmaka [produk yang sudah teruji secara klinis], dengan harapan dapat
mengurangi ketergantungan terhadap obat modern yang bahan bakunya masih diimpor
(Sri Yuliani, 2001)
Di
Indonesia, kenyataannya obat tradisional (herbal medicine) ini penetrasinya
hanyalah ditingkat konsumen langsung (end user); sedangkan ditingkat komunitas
“kalangan medis” dalam pelayanan kesehatan formal–herbal medicine belum dapat
diterima sebagai bagian dari pola pengobatan modern; oleh karena itu, perlu
adanya upaya uji klinis yang dilakukan oleh pemain di industri obat tradisional
ini.
Dari
sisi kualitas, sudah banyak terbukti beberapa tanaman obat efektif digunakan
untuk beberapa pengobatan. Di Indonesia, beberapa tanaman obat telah terbukti
secara empiris dan turun temurun digunakan untuk mengobati berbagai penyakit,
semisal daun sirih (Piper battle folium) digunakan untuk antiseptik; umbi jahe
(Zingibers officinale Rosc) digunakan sebagai Analgesik. Antipiretik, dan
antiinflamasi; daun katuk (Sauropus androgynus folium) digunakan untuk
meningkatkan produk ASI.
Herbal:
dari komoditas ke merek (branding)
Beberapa
tanaman berkhasiat obat tersebut di atas; oleh industri jamu dan sebagian besar
industri farmasi; telah diproduksi secara modern baik dalam bentuk sediaan
kaplet, kapsul, maupun carian (syrup); dikemas; dan diindikasikan untuk
pengobatan tertentu. Oleh beberapa Industri Farmasi terkemuka, beberapa herbal
medicine, secara medis sudah teregistrasi sebagai fitofarmaka (yaitu herbal
medicine yang telah mengalami uji klinis) diantaranya Fitodiar–obat diare non
spesifik (PT. Kimia Farma, Tbk); Tensigard–obat darah tinggi dan
X-gra–aprodisiaka (PT. Phapros, Tbk); ini menunjukkan herbal medicine telah
memiliki standar yang baik sebagai obat alami yang berkhasiat medis.
Hasil
uji klinis ini, mendukung bagi para industri jamu dan farmasi, untuk
meningkatkan potensi pasar produk, baik lansung ke konsumen (end user) untuk
menggunakan herbal medicine ini; dan juga upaya untuk menembus kalangan dokter
untuk meresepkan herbal medicine karena telah terbukti secara ilmiah.
Pengembangan
Herbal Medicine Di Industri Farmasi
PT.
Phapros mengembangkan herbal medicine ke arah produk-produk Fitofarmaka.
Melalui bendera Agromed; dua produk herbal medicine-nya telah mendapatkan uji
klinis, yaitu Tensigard–obat darah tinggi dan X-gra–aprodisiaka. Kedua obat ini
dipasarkan melalui jalur distribusi obat bebas. PT. Kimia Farma, Tbk juga
mengembangan herbal medicine dengan bendera Fitolab (Fituno, Asifit, dan New
Padibu); begitu juga PT. Soho, PT. Dexa Medica juga masuk ke dalam industri
herbal medicine ini.
Permasalahan
Klasik Bahan Baku Herbal Medicine
Karena
produksi produk herbal medicine targantung dengan bahan baku herbal yang
notabone-nya tergantung dari alam, maka ketersediaan bahan baku, menjadi
perhatian penting untuk menjaga ketersediaan yang berkesinambungan;
dibudidayakan secara baik sehingga kualitas simplisia yang dihasilkan seragam
dan bermutu baik. Banyak bahan baku herbal yang masih sulit untuk didapatkan;
menurut Amzu dan Haryanto (1991) dalam Yuliani (2001), ada 41 jenis tumbuhan
obat langka yang perlu dilestarikan, di antaranya purwoceng (Pimpinella
pruatjan), kayu angin (Usnea misaminensis), pulasari (Alyxia reinwardtii),
pasak bumi (Eurycoma longifolia), dan kayu repat (Parameria barbata). Sehingga,
dengan menjaga kesinambungan bahan baku, produksi herbal medicine dapat terjaga
ketersediaanya.
Kendala
lain dalam pengembangan herbal medicine adalah pemasaran, yaitu adanya
keengganan unit pelayanan kesehatan formal seperti Puskesmas, poliklinik, atau
rumah sakit untuk menggunakan obat tradisional dalam pola pengobatan, karena
obat tradisional masih dianggap sebagai produk inferior atau kelas rendah.
Untuk mengatasi masalah ini, upaya pengembangan obat tradisional ke arah
fitofarmaka merupakan suatu keharusan, karena hanya dengan cara tersebut
unit-unit pelayanan kesehatan dapat menerima penggunaan obat tradisional
sehingga penggunaan obat tradisional berkembang secara meluas dan diterima oleh
seluruh lapisan [Karmawati et al. (1996) dalam Yuliani (2001)]
Peran
Marketing untuk pemasaran Herbal Medicine
Peran
marketing sangatlah penting untuk memasarkan produk ini ke konsumen dan
kalangan medis. Upaya marketing yang terintergrasi melalui perencanaan yang
matang, baik research marketing sebelum, saat, dan setelah peluncuran
produk-produk herbal medicine ke pasar manjadi sangatlah penting untuk melihat
kesuksesan produk ini di pasar.
Dengan
semakin terbukanya pengembangan produk-produk herbal medicine baik yang
diluncurkan oleh perusahan farmasi ataupun perusahaan jamu ; membuka peluang
untuk berkompetisi secara maksimal untuk dapat menghasilkan penjualan yang
tinggi.
Sebagai
produk baru, pertama, memang dukungan uji klinis berperan dalam menentukan arah
kegiatan pemasaran. Dengan telah terbukti secara klinis, herbal medicine dapat
di-endorse ke kalangan medis.
Kedua,
dukungan manajemen untuk melihat bahwa pengembangan herbal medicine dari aspek
pemasaran adalah kegiatan “investasi”. Dengan masuknya produk-produk herbal
medicine ke dalam wilayah over the counter; yang kegiatan promosinya dilakukan
langsung ke target market (end user). dimana, kegiatan pemasaran dilakukan
melalui pendekatan promosi lini atas (above the line) melalui promosi televisi,
radio, majalah, tabloid, atau surat khabar dan pendekatan promosi lini bawah
(below the line) yaitu lewat leafling, brosur, direct selling, direct
promotion, atau pendekatan ke dokter. Kegiatan pemasaran ini terang membutuhkan
biaya marketing yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dukungan manajemen sangat
diharapkan untuk keberhasilan produk ini di pasar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan
obat tradisional dalam beberapa decade belakangan ini amat sangat pesat karena
masyarakat mulai menyadari bahwa pengobatan alami jauh lebih aman. Dimana
masyarakat menggunakan obat yang telah turun temurun digunakan dengan khasiat
yang tidak bisa dipertanyakan lagi.
Saran
Obat
tradisional warisan nenek moyang sebaiknya semakin dikembangkan lagi ke dunia
internasional.
Daftar
Pustaka:
1.
Maheshwari, H. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prosepek
Pengembangannya. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca
Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor Juni 2002. Tidak Dipubikasikan.
2.
Yuliani, S. Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka. Jurnal Litbang Pertanian 20 ( 3 ), 2001 Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111.
3.
Homepage www.bisnis.com
TUGAS
MAKALAH
PERKEMBANGAN
OBAT TRADISIONAL
OLEH
ANANDA
LISDA PUTRI
N11110903
MAKASSAR
2013
Sangat bermanfaat artikel nya, jangan lupa SHARE dan KUNJUNGI juga website MP3 kami SHAREINFOLAGU Silahkan KLIK komentar ini untuk mengarah ke website kami terima kasih atas kunjungan anda😊🤗.. semoga sukses selalu pak
ReplyDelete