Masalah-masalah dalam formulasi
supositoria
1. Lachman industry;1583
a. Adanya air dalam supositoria. Air
sebaiknya dihindari sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat dalam
supositoria, dengan alasan sebagai berikut:
- air dapat mempercepat
oksidasi lemak
- jika air menguap, maka
zat-zat yang terlarut akan membentuk kristal kembali
- kecuali jika air
berada dalam jumlah yang tinggi untuk melarutkan obat, air mempunyai nilai
kecil dalam membantu absorpsi obat
- reaksi antara
bahan-bahan yang terdapat dalam supositoria lebih sering terjadi jika ada air,
sehingga kadang-kadang digunakan senyawa anhidrat untuk mencegah kemungkinan ini
- pemasukan air dan
zat-zat lan yang dapat dikontaminasi oleh pertumbuhan bakteri dan fungi
memerlukan tambahan bakteriostatik seperti paraben
b. Higroskopitas. Supositoria gelatin
yang mengandung gliserin kehilangan kelembaban oleh penguapan dalam iklim
kering dan mengabsorpsi lembab dalam kelembaban tinggi. Basis PEG juga
higroskopis laju perubahan lembab dalam basis PEG tidak hanya tergantung pada
kelembaban temperatur, tetapi juga pada rantai molekul
c. Ketidakcampuran. Basis PEG ternyata
tidak dapat bercampur dengan garam-garam perak, asam brat, aminopirin, kinin,
ichtimml, aspirin, benzokain, iodoklorohidroksin dan sulfanamida. Sebagian
besar bahan kimia mempunyai kecenderungan mengkristal dari PEG misalnya;
barbital natrium, asam salisilat dan champora.
d. Viskositas. Viskositas massa
supositoria yang mencair adalah penting dalam pembuatan supostoria rektum.
Setelah mencair, minyak cokelat cair dan beberapa penggantinya mempunyai
viskositas rendah, sedangkan basis tipe gelatin yang mengandung gliserin dan
tipe PEG mempunyai viskositas yang jauh lebih tinggi dibandingkan viskositas
minyak cokelt.
e. Kerapuhan. Supositoria yang dibuat
dari minyak cokelat sangat elastis dan tidak mudah pecah. Busa-busa lemak
sintetik dengan derajat hidrogenasi yang tinggi dengan kandungan stearat yang
tinggi, dengan kandungan padatan yang lebih tinggi pada teperatur kamar
biasanya lebih rapuh. Pecahnya supositoria yang dibuat dengan basis seperti itu
seringkali disebabkan oleh pendinginan yang sangat cepat dari basis yang encair
dalam suatu cetakan yang sangat dingin.
f. Kerapatan. Untuk menghitung jumlah obat tiap supositoria,
kerapatan basis tersebut harus diketahui. Volume ruang cetakan ditetapkan
sehingga berat masing-masing supositoria tergantung rapatan massa. Pengetahuan
tentang berat supositoria dapat diperoleh dari cetakan tertentu seri-seri
kerapatan basis yang dipilih, kemudian bahan-bahan aktif cetakan tertentu serta
kerapatan basis yang dipilih dapat ditambahkan pada basis dalam jumlah
sedemikian sehingga obat dalam jumlah tertentu pasti terdapat dalam
masing-masing supositoria yang mencair.
g. Penyusutan volume. Fenomena ini terjadi dalam sebagian supositoria cair
setelah didinginkan dalam cetakan. Hasil-hasil ditunjukkan dalam dua cara
berikut:
-
pelepasan
massa keluar dari cetakan. Ini disebabkan oleh peracikan massa keluar dari sisi
cetakan, menghapuskan perlunyazat-zat yang lepas dari cetakan
-
pembentukan
lubang penyusutan pada ujung terbuka cetakan tersebut. Ciri yang tidak
dikehendaki ini menyebabkn bobot supositoria lebih kecil dan penampilannya
tidak sempurna.
h. Pelumas atau zat pelepas dari cetakan.
Minyak cokelat menempel pada cetakan supositoria karena volume penyusutan
rendah sehingga supositoria ini sukar dilepaskan dari cetakan, sehingga
berbagai pelumas atau zat pelepas dari cetakan harus digunakan untuk mengatasi
kesulitan ini.
i.
Faktor
pengganti dosis. Jumlah dosis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam
formulasi supositoria dapat dihitung. Faktor pengganti F diturunkan dari
persamaan :
F = 100 (E-G) + 1
(G)
. (X)
j.
Pengawasan
bobot dan volume. Jumlah
bahan aktif dalam supositoria tergantung pada :
-
konsentrasi
dalam massa tablet
-
volume
ruang cetakan
-
bobot
jenis basis tersebut
-
volume
antara cetakan, mesin cetak yang baik dapat menjaga ruang volume masing-masing
tidak lebih dari 2% harga yang diinginkan
-
variasi
bobot antara supositoria karena tidak konsistennya proses pembuatan, pergerakan
yang tidak merata.
k. Ketengikan dan antioksidan. Ketengikan
disebabkan oleh antioksidasi dan penguraian berturut-turut dari lemak tidak
jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak jenuh dengan bobot molekul sampai
pertengahan (C3-Cn), berbagai keton dan asam, yang
mempunyai bau kuat dan tidak menyenangkan. Makin rendah kandungan asam lemak
jenuh dalam suatu basis supositoria, makin besar daya tahan basis terhadap
pengembangan ketengikan.
2. Scovile’s:384
Walaupun, secara umum, satu
dari beberapa prosedur dapat dikerjakan dalam pembuatan supositoria, penambahan
substansi tertentu yang ditambahkan pada minyak cokelat dapat mengubah
karakteristiknya atau dengan beberapa alasan dapat menimbulkan masalah dalam
peracikan. Tindakan pencegahan harus diambil atau prosedur umum harus diubah
pada keadaan berikut:
1. Ketika penambahan bahan lain menurunkan
titik lebur dari minyak cokelat
2. Ketika penambahan bahan lain menaikkan
titik lebur dari minyak cokelat
3. Ketika penambahan bahan yang tidak larut
4. Ketika digunakan pelarut
5. Ketika digunakan sejumlah besar volume dari bahan obat
a. Penurunan titik leleh. Titik leleh minyak
cokelat turun dengan penambahan minyak menguap dan bahan tertentu yang larut
minyak seperti kamfer, kloralhidrat, kreosot, fenol dan salol. Perluasan efek
dari bahan-bahan ini pada titik leleh tergantung pada bahan itu sendiri an
jumlah bahan yang ditambahkan. Seringkali sulit untuk membenarkan dan pada
kasus ini bagus untuk membuat supositoria dengan proses panas dan membiarkan
supositoria dituang pada cetakan beku. Penambahan spermaseti atau lilin juga
dapat meningkatkan titik leleh, jadi supositori dapat dibuat dengan metode
tangan. Jermstad dan Frethein menemukan bahwa kurang dari 18% spermaseti
menurunkan titik leleh inyak cokelat, tapi saat 20% ditambahkan hasil titik
leleh dari campuran sama dengan minyak cokelat murni. Diatas 28% spermaseti
meningkatkan titk leleh di atas suhu tubuh.
Lilin juga dapat digunakan
untukmeningkatkan titik leleh dari supositoria, tapi karena seringkali keras
maka tidak disukai dibanding spermaseti. Kurang dari 3% lilin menurunkan titik
leleh minyak cokelat, sedag lebih dari 5% meningkatkannya di atas 370C.
Oleh karena itu, sekitar 4% yang digunakan. Agar dalam pencampuran tidak
menyebabkan titik lelehmenjadi terlalu tinggi, dilakukan pengujian dengan
menempatkan beberapa massa pada air dengan suhu 370C, jika idak
meleleh, spermasetid dan lilin digunakan sedikit. 3-5% lilin juga meningkatkan
absorpsi air pada basis tanpa peningkatan titik leleh dari massa supositoria.
Sampai 50% larutan berair dapat bercampur pada basis yang terdiri dri 5% lilin
dan 95% minyak cokelat.
b. Peningkatan titik leleh. Perak nitrat dan
timbal asetat merupakan bahan kimia yang dapat meningkatkan titik leleh minyak
cokelat di atas suhu tubuh. Penambahan sejumlah kecil minyak kacang atau
beberapa minyak sejenis akan menurunkan titik lebur di bawah suhu tubuh.
c. Cairan yang tidak larut dengan minyak
cokelat. Hal ini mungkin dapat menjadi berair atau alkohol digunakan sebagai
bahan obat dalam supositoria, atau mungkin bahan itu sendiri, seperti
ichtammol. Jika jumlah bahan yang tidak larut ditambahkan sedikit, supositoria
dapat dibuat denga metode panas atau dengan pengempaan. Jika jumlah besar bahan
yang tidak larut digunakan, cenderung untuk memisah dan menghasilkan ketidakpuasan.
Bahkan ketika sejumlah kecil digunakan dengan etode panas, harus dibuat dengan
hati-hati untuk mencega pemisahan dengan endinginkan supositoria pada titik
beku dan mengaduknya dengan cepat sebelum supositoria dituang. Metode cetak
tangan, tidak diragukan lagi merupakan metode pilihan untuk bahan yang tidak
larut dengan lemak cokelat, karena bahan lebih seragam campurannya dapat
disiapkan dan pemisahan dapat lebih cepat dicegah.
d. Penggunaan pelarut. Ketika ekstrak pilular
digunakan, harus dilunakkan dan dibuat enjadi semicair dengan memberikan
beberapa tetes alkohol. Dengan cara lain, serbuk ekstrak tidak perlu
menggunakan pelarut dan karena itu lebih disukai. Beberapa bahan sebagai bahan
celup dan campuran protein perak yang dapat dilunakkan atau dilarutkan dengan
menggunakan sejumlah kecil air atau alkohol cair. Jumlah larutan yang digunakan
harus sesedikit ungkin, lemak bulu domba berguna sebagai bahan tambahan pada
supositoria mengandung sejumlah besar ekstrak atau larutan berair karena
sifatnya yang menyerap cairan. Hal ini berefek pada titik lebur pada minyak
tetapi sedikit. Penggunaan sedikit pati juga memberikan kekuatan pada
supositoria tipe ini. Jika ekstrak pilular dari belladona digunakan, harus dilunakkan dengan beberapa tetes alkohol
65%. Jika serbuk ekstrak digunakan, mungkin dapat ditangani seperti serbuk
lain. Morfin sulfat harus dilarutkan dalam 1 ml air hangat dan diambil dengan
sejumlah kecil lanolin untuk memastikan distribusi yang baik dari alkaloid.
e. Volume besar dari bahan obat pada kasus
ini, relatif sejumlah besar bahan obat ditentukan, hal ini kadang sulit untuk
menentukan massa plastis yang cukup untuk membuat supositoria dalam beberapa
metode. Hal ini sulit untuk dikoreksi dengan penambahan sejumlah kecil lemak
bulu domba dan denga pembuatan supositoria dengan metode tangan.
No comments:
Post a Comment