A. Pengertian
Skizofrenia
adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang
mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak wajar atau tumpul. Menurut Emi
Kraeplin skizofrenia terjadi karena kemunduran intelegensi sebelum waktunya
sehingga disebut dimensia prekoks/muda.
Skizofrenia
adalah suatu sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan dalam isi dan
organisasai pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan afek/emosional,
identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan untuk menetapkan hubungan
interpersonal yang memuaskan.
Ø Faktor predisposisi
· Faktor genetic
Individu–individu
yang berada pada resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang
memiliki anggota keluarga dengan keturunan yang sama, terutama pada kembar
monozigot yang mempunyai angka kesesuaian yang lebih tinggi.
Penelitian
pada kembar monosigot yang diadopsi menunjukkan bahwa yang diasuh oleh orang
tua angkat mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya seperti
saudara kembarnya yang dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Temuan ini
menyatakan bahwa pengaruh genetika melebihi pengaruh lingkungan.
· Faktor biokimia
Menyatakan
adanya peningkatan dari dopamin neurotransmitter, yang diperkirakan
menghasilkan gejala–gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dan pemecahan
asosiasi–asosiasi yang umumnya diobservasi.
Ø Teori tentang Skizofrenia
· Teori psikoanalitik
Sigmund
Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi perkembangan yang
terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan neurosis. Pandangan
psikoanalisis umum tentang skizofrenia menhipotesiskan bahwa defek ego
mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian dorongan-dorongan dari
dalam (inner drives), seperti seks dan agresi. Gangguan terjadi sebagai akibat
dari penyimpangan dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya. Seperti
yang dijelaskan oleh Margaret Mahler, anak-anak adalah tidak mampu untuk
berpisah dan berkembang melebihi kedekatan dan ketergantungan lengkap yang
menandai hubungan ibu anak didalam fase oral perkembangan. Orang skizofrenia
tidak pernah mencapai ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan
identitas yang pasti dan yang disebabkan oleh perlekatan erat dengan ibunya
selama masih bayi.
· Teori psikodinamik
Pandangan
psikodinamika tentang skizofrenia , mereka cenderung menganggap
hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan secara
konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan suatu penelitian yang baik
menyatakan bahwa pasien dengan skizofrenia adalah sulit untuk menyaring
berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu. Defek
pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan tiap fase perkembangan
selama masa anak-anak dan menempatkan stress tertentu pada hubungan
interpersonal.
· Teori belajar
Menurut
ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita skizofrenia mempelajari
reaksi dan cara berpikir yang irrasional dengan meniru orangtuanya yang
memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna. Hubungan interpersonal
yang dari orang skizofrenia, menurut teori belajar, juga berkembang karena
dipelajarinya model yang buruk selama masa anak-anak.
· Teori sistem keluarga
Menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Gregory
Bateson (Konsep ikatan ganda) untuk menggambarkan suatu keluarga dimana
anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orangtuanya tentang prilaku,
sikap, dan perasaan anak. Di dalam hipotesis tersebut anak menarik diri kedalam
psikostik mereka sendiri untuk meloloskan dari kebingungan ikatan ganda yang
tidak dapat dipecahkan.
B. Kriteria diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala
berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1)
“throught
echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan , walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
“throught insertion or withdrawal “
= isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“throught broadcasting” = isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya ;
2)
“ delusion of control” = waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
“delusion of influence” = waham
tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /anggota gerak
atau kepikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman
inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat;
3)
halusinasi
auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien; atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh.
4)
Waham-waham
menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing darri dunia lain).
atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
5)
Halusinasi
yang menetap darri pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus-menerus
6)
Arus
pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat incoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme
7)
Perilaku
katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
8)
Gejala-gejala
“negatif” , seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurung waktu satu bulan atau lebih ( tidak berlalu untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
C. Tipe skizofrenia
Ø
Skizofrenia
paranoid
Skizofrenia
paranoid dikarakteristikkan dengan adanya Waham-waham kejaran atau kebesaran,
merasa dirinya tinggi / istimewa, dan adanya kecurigaan yang ekstrem terhadap
orang lain. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa whistling, humming atau
laughing
Ø Skizofrenia hebefrenia
Suatu
bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum
juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang dan terputus-putus.
Afek datar atau tidak sesuai, mood pasien dangkal dan tidak wajar, sering
cekikan, senyum sendiri, tertawa menyeringai dan ungkapan kata yang
diulang-ulang.
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk menyendiri serta perilaku hampa tujuan dan hampa perasaan.
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk menyendiri serta perilaku hampa tujuan dan hampa perasaan.
Ø Skizofrenia katatonik
Gangguan
psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang essensial dan dominan yang
dimanifestasikan seperti : Stupor ( amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan
dan dalam gerakan serta aktivitas spontan ) atau mutisme, Aktivitas motorik
yang berlebihan, Negativitisme yang ekstrim, Gerakan volunter yang aneh seperti
yang ditunjukkan oleh posturing, Rigiditas, Ekolalia atau ekopraksia.
Ø Skizofrenia residual
Suatu
stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah
terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ( terdiri dari satu atau lebih
episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol ). Perilaku pada
skizofrenia residual eksentrik tetapi gejala psikosis pada saat dirawat tidak
menonjol. Gejala negatif skizofrenia yang menonjol, seperti perlambatan
psikomotor, aktivitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan dan komunikasi
non verbal yang buruk.
Ø Skizofrenia simpleks
Suatu
kelainan yang tidal lazim dimana ada perkembangan yang bersifat perlahan tetapi
progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan memenuhi tuntutan
masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh. Tidak terdapat waham dan
halusinasi, tetapi disertai dengan perubahan yang bermakna pada perilaku
perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,
kemalasan dan penarikan diri secara sosial.
D. Terapi
1. Terapi somatic
Ø Antipsikotik
· Antipsikosis tipikal golongan
fenotiazin (klorpromazin dan dan derivate fenotiazin)
Farmakodinamik : efek farmakologk klorpromazin dan
antipsikosis lainnya meliputi efek pada susunan saraf pusat, system endokrin
dan system otonom. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai
reseptor diantaranya dopamine, reseptor α-adrenergik, muskarinik, hstamin H1
dan reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin selain
memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine, juga memiliki afinitas yang
tinggi terhadap reseptor α-adrenergik, sedangkan risperidon memiliki
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2.
Farmakokinetik : kebanyakan antipsikosis diabsorpsi
sempurna, sebagian diantaranya mengalami metabolism lintas pertama.
Bioavailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan
haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak
dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%), serta memiliki volume
distribusi besar (lebih dari 7 L/kg). metabolit klorpromazin ditemukan di urin
sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.
Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar,
sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek
farmakodinamiknya. Pada susunan saraf pusat dapat menimbulakan penyakit
Parkinson karena mekanisme kerja dari klorpriomazin yang menghambat reseptor
dopamine. Dapat pula meningkatkan berat badan karena penghambatan reseptor H1
dan 5HT2. Dapat juga menyebabkan kejang toksik karena penghambatan reseptor
muskarinik. Atau pada system endokrin dapat menyebabkan amenorea, galaktorea,
infertilitas dan impotensi karena adanya penghambatan reseptor dopamine yang
menyebabkan hiperprolaktinemia.
· Antipsikosis tipikal golongan lain
Haloperidol
Farmakodinamik : haloperidol memperlihatkan
antipsikosis yang kuat dan efektif nuntuk fase mania penyakit mank depresif dan
skizofrenia. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan orang tidurpada orang yang
mengalami eksitasi. Efek sedative haloperidol kuarng kuat jika dibandingkan
dengan CPZ.
Farmakokinetik : haloperidol cepat diserap dari
saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak
menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma
sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari
dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresinya lambat melalui
ginjal, kira-kira 40% obat dikelurkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis
tunggal.
Efek sampan dan intoksikasi : haloperidol menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama pada pasien usia muda.
Pengobatan dengan haloperidol harus dimaulai dengan hati-hati. Dapat terjadi
depresi akibat reverse kedaan mania atau sebagi efek samping yang sebernanya.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil sampai dapat bukti
bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
Dibenzoksazepin
Farmakodinamik : deriavat senyawa ini adalah
loksapin. Loksapin memiliki efek antiemetic, sedative, antikolinergik dan
antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis
lainnya.
Farmakokinetik : diabsorpsi baik per oral, kadar
puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM) dan 2 jam (oral). Waktu paruh
loksapin ialah 3,4 jam. Metabolit utamanya (8-hidroksi loksapin) memiliki waktu
paruh yang lebih lama (9 jam).
Efek samping : insiden reaksi ekstrapiramidal
)selain diskinesia Tardif) terletak antara fenotiazin alifatik dan fenotiazin
piperazin. Seperti antipsikosis lainnya dapat menurunkan ambang bangkitan
pasien, sehingga harus hati-hati digunakan pada pasien dengan riwayat kejang.
· Antipsikosis atipikal
Dibenzodiazepine (klozapin)
Kolzapin
efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang
positif maupun yang negative. Efek yang bermanfaat terlihat dalam 2 minggu,
diikuti pembaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini
berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar.
Ø Obat lain
· Lithium
Dikenal sebagai antimania atau sebagai mood stabilizer
karena kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan
gangguan bipolar (manic-depresif).
2. Terapi elektro konvulsif ( ECT )
Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara
bekerjanya elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa
terapi konvulsi dapat memperpendek lamanya serangan skizofrenik dan dapat
mempermudah kontak dengan pasien.Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah
serangan yang akan datang. ECT lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulans,
bahaya lebih kecil, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus. ECT
baik hasilnya pada jenis katatonik terutama katatonikstupor. Terhadap
skizofrenik simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lantas
diberi ETC, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
3. Terapi psikososial
Ø Terapi perilaku
Rencana pengobatan untuk skizofrenia
harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan hadiah ekonomi dan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yanga
dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapakan. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau mernyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan.
Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang keterampilan.
Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang keterampilan.
Ø Terapi berorientasi keluarga
Perilaku setelah periode pemulangan,
topik penting yang dibahas adalah proses pemulihan. Pusat terapi harus pada
situasi untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang memungkinkan
menimbulkan kesulitan. Terapi selanjutnya dapat diarahkan kepada berbagai macam
penerapan strategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali
pasien ke dalam aktivitas.
Ø Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia
biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.
Terapi ini juga efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
4. Terapi psikomotor
Terapi psikomotorik ialah suatu
bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh sebagai salah satu cara untuk
melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan
sekaligus sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan
diskusi dinamika dari perilaku serta responnya dalam perubahan perilaku dengan
tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.
5. Terapi rekreasi
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk
terapi yang mempergunakan media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata,
menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional
dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah
dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
6. Art terapi
Art terapi ialah suatu bentuk yang
menggunakan media seni ( tari, lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk
mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga
mendapatkan berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang
terpendam dalam jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati
orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.
Perawat jiwa yang selalu dekat
dengan pasien diharapkan dapat memberikan berbagai kegiatan yang terarah dan
berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.
7. Rehabilitasi
Pengertian rehabilitasi adalah :
Ø Suatu proses yang kompleks, meliputi
berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, educational
dan vaksional yang terpadu untuk mempersiapkan , meningkatkan/mempertahankan
dan membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf kemampuan fungsional
setinggi mungkin.
Ø Suatu proses refungsionalisasi dan
pengembangan bagi penderita cacat agar mampu melaksankan fungsi sosilanya
secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Dalam
proses kegiatan pelayanan rehabilitasi pasien mental ada 2 usaha pokok yaitu
persiapan , penyaluran/penempatan dan pengawasan.
PUSTAKA
Departemen
Farmakologi Dan Terapi. 2007. “FARMAKOLOGI DAN TERAPI”. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta
Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment