MAKALAH ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIK
“PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DESINFEKTAN”
OLEH :
ANANDA LISDA PUTRI
N111 10 903
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Perbekalan
kesehatan rumah tangga adalah alat, bahan, atau campuran bahan untuk
pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan pemeliharaan, rumah
tangga dan tempat-tempat umum.
Kebersihan lantai merupakan
salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan
dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran mikroorganisme. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lantai. Contohnya, kebiasaan
melepas sepatu sebelum masuk ke rumah dapat mengurangi penyebaran
mikroorganisme penyebab infeksi mata, perut dan paru-paru. Selain kebiasaan
tersebut, masyarakat juga menggunakan cairan pembersih lantai untuk menjaga
kebersihan lantai. Cairan pembersih lantai memiliki berbagai macam komposisi;
antara lain air, pewarna, pewangi dan zat disinfektan.
Disinfektan adalah produk atau
biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di
permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan
sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk
atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup. Beberapa
disinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih lantai adalah lysol
(klorofenol dan kresol), karbol (fenol) dan kreolin.
Fenol merupakan salah satu contoh
disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya
bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan
selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya.
Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding
untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan
b.
Rumusan
Masalah
ü Kelas-kelas
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü Kategori
dan Sub Kategori Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü Produk
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Berbahaya
ü Macam-Macam
Desinfektan
ü
DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF
(SISA KLOR) DENGAN METODE IODOMETRI
c.
Tujuan
ü Mengetahui
Kelas-kelas Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü Menjelaskan
Kategori dan Sub Kategori Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü Menjelaskan
Produk Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Berbahaya
ü Mengetahui
Macam-Macam Desinfektan
ü
Analisis DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF
(SISA KLOR) DENGAN METODE IODOMETRI
BAB II
ISI
A. PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
1. Kelas I (Resiko rendah)
PKRT
yang pada penggunaannya tidak menimbulkan akibat yang berarti seperti iritasi,
korosif, karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi formulir
pendaftaran tanpa harus disertai hasil pengujian laboratorium. Contoh: kapas ,
tissue.
2. Kelas II (Resiko sedang)
PKRT
yang pada penggunaannya dapat menimbulkan akibat seperti iritasi, korosif tapi
tidak menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar
perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi persyaratan disertai hasil
pengujian laboratorium. Contoh: Deterjen, Alkohol.
3. Kelas Ill (Resiko Tinggi)
PKRT yang mengandung Pestisida
dimana pada penggunaannya dapat menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik.
PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi
persyaratan, melakukan pengujian pada laboratorium yang telah ditentukan serta
telah mendapatkan persetujuan dan KOMISI PESTISIDA Contoh: Anti nyamuk bakar,
repelan.
B. KATEGORI DAN SUB KATEGORI PKRT
1. TISSUE DAN KAPAS
a.
Kapas kecantikan
b.
Facial tissue
c.
Toilet tissue
d.
Tissue basah
e.
Tissue makan
f.
Cotton bud
g.
Paper towel
h. Tissue dan kapas lainnya
2. SEDIAAN UNTUK MENCUCI
a.
Sabun cuci
b.
Deterjen
c.
Pelembut cucian
d.
Pemutih
e.
Enzim pencuci
f.
Pewangi pakaian
g.
Sabun cuci tangan
h. Sediaan untuk mencuci lainnya
3. PEMBERSIH
a.
Pembersih peralatan dapur
b.
Pembersih kaca
c.
Pembersih lantai
d. Pembersih
porselen
e.
Pembersih kloset
f.
Pembersih mebel
g.
Pembersih karpet
h.
Pembersih mobil
i.
Pembersih sepatu
j.
Penjernih air
k. Pembersih Iainnya
4. ALAT PERAWATAN BAYI
a.
Dot dan sejenisnya
b.
Popok bayi
c.
Botol susu
d. AIat perawatan bayi lainnya
5. ANTISEPTIKA DAN DESINFEKTAN
a.
Antiseptika
b.
Disinfektan
c. Antiseptika dan disinfektan
Iainnya
6. PEWANGI
a.
Pewangi ruangan
b.
Pewangi telepon
c.
Pewangi mobil
d.
Pewangi kulkas
e. Pewangi lainnya
7. PESTISIDA RUMAH TANGGA
a.
Pengendali serangga
b.
Pencegah serangga
c.
Pengendali kutu rambut
d.
Pengendali kutu binatang peliharaan (bukan ternak)
e.
Pengendali tikus rumah
f.
Pestisida rumah tangga Iainnya
Sumber
: Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1190/MENKES/PER/VIII/2010
Tanggal : 23 Agustus 2010
Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) adalah alat, bahan, atau campuran bahan untuk
memelihara dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah
tangga dan tempat-tempat umum.
CONTOH PERBEKALAN KESEHATAN
Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), misalnya :
1.
Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan Kapas kecantikan; Toilet
article tissue; Sabun cuci batangan, sabun cuci cream, detergent sabun cair
2. Pestisida Rumah Tangga Pembasmi
kutu rambut; Pembasmi seranggga rumah; Obat nyamuk bakar, cair, erosol;
Pembasmi tikus
Preparat
untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan.
a.
Kapas kecantikan.
b.
Toilet article tissue.
c.
Sabun cuci batangan, sabun cuci cream, detergent sabun cair.
d.
Pembersih alat rumah tangga, seperti pembersih kamar mandi, pembersih kaca, dan
lainnya.
e.
Alat perawat bayi, seperti botol susu dot, alat sterilisasi, teething ring, dan
alat perawat bayi lainnya.
Pemutih
Cucian
Pemutih
cucian tidak boleh diiklankan seolah-olah hasil penggunaannya menjadi bebas
kuman sama sekali.
Pembersih Lantai
Pembersih lantai tidak boleh diiklankan
seolah-olah menghasilkan lantai bebas kuman dan aman
C.PRODUK PKRT
YANG BERBAHAYA
Anti Nyamuk ( mengandung pestisida ), baik pemakaiannya
dibakar, disemprotkan atau yang dioleskan dapat menyebabkan karsinogenik. Detergent,
mengandung sodium Lauryl sulfat yang dapat menyebabkan
oksidatif, iritatif dan korosif. Pembersih lantai, yang mengandung senyawa fenol yang
dapat menyebabkan oksidatif, iritatif dan korosif. Antiseptik dan Desifektan,
mengandung bahan antiseptik yang bersifat oksidatif, iritatif dan korosif. Diapers
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
CARA MENGHINDARI DAN MENCEGAH PRODUK PKRT BERBAHAYA
a. Bila terciprat
pada kulit/badan
- Segera ganti
baju , dan cuci kulit & tangan dengan sabun dan air
mengalir
b. Bila
terhirup
- Segera keluar
ruangan mencari udara segar.
- Bila
diperlukan dengan memberikan pernapasan buatan
c. Bila
tertelan
- Untuk
pestisida : Rangsang pusat muntah pada penderita yang sadar, dan jangan
dilakukan bila penderita tidak sadar, kejang dan penderita yang terpapar lebih
dari 4 jam.
Berikan arang
aktif/norit dengan dosis :
dewasa (13 th
keatas) 25 – 100 gram
anak-anak
(kurang dari 1 tahun) 10 – 25 gram
Untuk bahan
yang korosif : sperti pembersih keramik, segera penderita diberi air minum/susu
untuk diminum, kecuali bila penederita tidak sadar, kejang-kejang atau tidak
dapat menelan.Penderita dewasa maksimal 200 ml sekali minum, anak-anak
maksimal 100
ml, jangan rangsang muntah.
- Untuk
golongan hidrokarbon : minyak tanah, bensin dll jangan rangsang muntah, segera
bawa ke rumah sakit/PKM terdekat.
d. Bila
terciprat mata
- Segera
semprot dengan air mengalir selama 15 menit
e. Bila
keracunan pestisida Bio Alethrin
- Gejala
keracunan : pusing , sesak napas, kejang perut, berkeringat
banyak.
antidotum Atropin Sulphat.
f. Bila
keracunan pestisida d – Alethrin.
- Gejala
keracunan : pernafasan tidak teratur, otot besar pada anggota
badan .Antidotum
simptomatik.
D.DESINFEKTAN
Desinfektan
adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Desinfeksi
dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi:
penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan
khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1.
Bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2.
Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik,
pH, temperatur dan kelembaban
3.
Tidak toksik pada hewan dan
manusia
4.
Tidak bersifat korosif
5.
Tidak berwarna dan meninggalkan
noda
6.
Tidak berbau/ baunya disenangi
7.
Bersifat biodegradable/ mudah
diurai
8.
Larutan stabil
9.
Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas
Variabel
dalam desinfektan
1.
Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan
bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan
dihancurkan.
2.
Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin
dipengaruhi oleh banyak variable.
3.
Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju
reaksi kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing
mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi.
MACAM-MACAM
DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK
1.
Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam
berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh
bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan
suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan
alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun
demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai
desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen
atau mertiolat
2.
Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk
pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya
selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur
telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna
tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau
mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar,
violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah
hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.
Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk
sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
4.
Fenol dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna
sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol.
Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama
lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
5.
Kresol
Destilasi destruktif batu bara
berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal
sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak
dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi
(gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun)
telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat
ditolerir.
6.
Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin
yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic.
Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).
7.
Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan
yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah
tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.
8.
Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau
cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus
yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida
yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada
dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat – rapat. Misalnya
agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong – tong
rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan
pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9.
Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat
antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat
tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak
sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam
konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk
mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa.
11. Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas
sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat
secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya,
senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada
organisme gram-negatif.
12. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai
agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini
penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring
dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
13. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan
persenyawaan-persenyawaan yang mengandung
belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak
jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap
sulfonamida.
14. Antibiotik
antibiotik ialah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun
mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
bahan kimia desinfeksi
Walaupun
kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya
belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal
bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan
efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam
proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara
kimia, khususnya jenis- jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak
bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan
kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa
kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golonganfenol danfeno l
terhalogenasi, golongan garam ammonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan
golongan biguanida.
Beberapa
jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini :
Golongan
"aldehid"
Bahan
kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid,
glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi
dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%. Daya aksi
berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasusformaldehid daya aksi akan semakin
jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid
pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan
memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L serta
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutanformaldehid dengan konsentrasi
37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat.
Glutaraldehid
memiliki daya aksi yang lebih efektif dibanding formaldehid, sehingga lebih
banyak dipilih dalam bidang virology dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang
batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L.
Pada
prinsipnya golonganaldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang
luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan,
peralatan dan lantai, sedangkanglutaraldeh id untuk membunuh virus. Keunggulan golongan
aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok
dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain
dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untukformaldehid diduga berpotensi
bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada
sistemmukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko
menimbulkan api dan ledakan.
Golongan
alkohol
Golongan
alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa
bahan di antaranya adalah etanol, propanoldan isopropanol. Golongan alkohol
bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik
hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat
dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif
untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan
pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit.
Adapun
keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak
material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit
menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein . Sedangkan beberapa
kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat
menguap.
Golongan
pengoksidasi
Bahan
kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan
yakni peroksida dan peroksigen diantaranya adalah hidrogen peroksida, asam
perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida,
kalium permanganat.
Golongan
ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam
larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga
menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus.
Pada
prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas,
misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan
golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi
menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus
dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.
Golongan
"halogen"
Golonganhalogen
yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor,
povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan
organik yang mengandung gugushalogen terutama gugus klor, misalnyanatrium
hipoklorit,
klor dioksida, natrium kloritdan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan
cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam
larutan air dengan konsentrasi 1- 5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan
untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis
bakteri gram positif dan ragi.
Umum
digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan.
Adapun kekurangan dari golonganhalogen dan senyawa terhalogenasi adalah
sifatnya yang tidak stabil, sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.
Golongan
"fenol"
Senyawa
golonganfeno l danfenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lainfeno
l (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan
ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit
dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses
desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai
dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau
peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun
keunggulang dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah
sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif.
Golongan
garam
amonium
kuarterner
Beberapa
bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida,
bensatonium klorida,dan setilpiridinium klorida. Golongan ini berdaya aksi
dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum
digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses
desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus. terutama untuk
desinfeksi peralatannya.
Keunggulan
dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak
merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi,
tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan
yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian,
spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak
aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah
satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk
membunuhparvov irus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik yang
sangat susah untuk dimatikan dibandingkan viruslipo filik.
Golongan
"biguanida"
Bahan
kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara lain klorheksidin.
Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba terutama jenis
bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negatif.Klorheksidin
sangat efektif dalam proses desinfeksi Staphylococcus aureaus, Escherichia
coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik untuk membunuh beberapa
organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta sama sekali tidak
bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.
Faktor
yang harus diperhatikan
Dari
semua bahan desinfektan tersebut di atas tidak semua dapat efektif dalam semua
kondisi dan aplikasi. Perbedaan jenis mikroorganisme serta kondisi lingkungan
akan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam sensitivitas atau
resistensinya.
Supaya
fungsi desinfektan menjadi efektif, maka ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam pemilihan produk desinfektan, yakni harus dapat digunakan
dalam spektrum dan aktivitas penggunaan yang luas, menunjukkan daya
reduksi/bunuh terhadap mikroorganisme hidup pada saat berkontak, dapat bekerja
pada rentang pH dan suhu yang luas, dapat bekerja dengan adanya senyawa
organik, waktu paparan/kerja yang cukup singkat, batas konsentrasi yang kecil,
dan stabilitas senyawa.
Selain
itu, untuk aplikasi di lapangan terdapat kecenderungan konsumen untuk memilih
desinfektan yang aman bagi lingkungan, mudah untuk digunakan, daya aksi yang
cepat serta murah. Tetapi faktor harga terkadang menjadi batasan tersendiri.
Sebagai contoh
banyak
konsumen menggunakan desinfektan gas klor (klorin) untuk proses desinfeksi air.
Bahan tersebut bekerja dengan baik untuk membunuh bakteri, fungi dan virus,
tetapi bahan ini mempunyai efek merusak/korosif pada kulit dan peralatan.
Selain itu gasklorin juga berpotensi merusak sistem pernapasan bagi manusia dan
binatang.
Dengan
mengetahui dan mengenal jenis bahan kimia yang digunakan dalam produk
desinfektan diharapkan konsumen dapat memilih produk yang tepat sasaran, yakni
kesesuaian antara bahan kimia yang dikandungnya dengan jenis dan target mikroorganismenya.
Hal ini dimaksudkan agar penggunaan menjadi tepat sasaran, berhasil guna dan
berdaya guna. Manfaat lain adalah dengan mengetahui risiko dan efek negatif
yang mungkin ditimbulkan oleh bahan kimia dalam desinfektan, seperti risiko keracunan
pada anak, polusi terhadap lingkungan, risiko terhadap kesehatan serta efek
karsinogen, maka diharapkan konsumen lebih berhati-hati dalam penggunaan dan
penanganan produk-produk tersebut.
E.DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF (SISA KLOR) DENGAN
METODE IODOMETRI
Desinfeksi dapat dilakukan melalui beberapa cara,
namun cara yang umum digunakan antara lain sebagai berikut
ini :
1.
Pemanasan
Air dipanaskan / dididihkan
selama ( 15 – 20 ) menit . Dengan pendidihan ini , bakteri
patogen dapat mati ,dengan demikian air menjadi sehat. Metoda
ini umum di terapkan secara individual.
2.
Pembubuh Kimia ( Desinfektan kimia )
Proses desinfeksi dengan metode ini adalah
dengan mencampurkan suatu zat kimia ( desinfektan ) ke
dalam air kemudian membiarkan dalam waktu yang cukup untuk
memberikan kesempatan kepada desinfektan untuk
berkontak dengan bakteri .
Bahan yang
dipergunakan dalam proses desinfeksi disebut
desinfektan .
Syarat –
syarat Desinfektan :
1.
Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam air.
2.
Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat.
3.
Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam operasinya.
4.
Air tidak boleh menjadi toksik setelah disinfeksi.
5.
Dosis diperhitungkan agar memiliki residu atau cadangan untuk
mengatasi adanya kontaminasi di dalam air.
Senyawa Klor dapat mematikan
mikrorganisme dalam air. Karena oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam
hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel bakteri
sehingga menjadi rusak.
Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O3),
klor (Cl2), klor dioksida (ClO2) dan proses fisik seperti
penyinaran dengan ultraviolet, pemanasan, dan lain-lain, digunakan untuk
disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia yang disebutkan di atas, klor
adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai
daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor).
Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme
seperti amoeba, ganggang, dan lain-lain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam
seperti Fe2+, Mn2+, menjadi Fe3+, Mn4+,
dan memecah molekul organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri
direduksi sampai menjadi klorida (Cl-) yang tidak mempunyai daya
disinfeksi. Di samping ini klor juga bereaksi dengan amoniak.
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca
(OCl)2 (kaporit) atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Breakpoint
chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan
sehingga :
a. Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
b. Amoniak hilang sebagai gas N2
c. Masih ada residu klor aktif terlarut yang
konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman
Untuk setiap unsure klor aktif seperti klor tersedia
bebas dan klor tersedia terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk
praktikum biasa hanya klor aktif (residu) ditentukan melalui suatu analisa ;
klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat didapatkan melalui grafik
klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometris
atau melalui titrasi kolorimetris dengan DPD. Analisa idiometris agak sederhana
dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD.
Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri
oleh senyawa klor itu selain oksigen bebas juga disebabkan oleh pengaruh
langsung senyawa klor bereaksi dengan protoplasma.
Beberapa percobaan juga menyebutkan bahwa
kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kima antara asam
hipochlorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu.
Faktor yang mempengaruhi efisensi desinfeksi
adalah :
-
waktu kontak
-
Konsentrasi desinfektan
-
Jumlah mikroorganisma
-
pH
-
Adanya senyawa lain dalam air.
Senyawa klor yang sering digunakan untuk proses
desinfeksi adalah Hipoklorit dari kalsium dan natrium.
Kloramin, Klordioksida, dan senya komplek dari klor.
A.2. Klor aktif (sisa klor) dengan metode iodometri
Klor aktif akan membebaskan iodine I2 dari
larutan kaliumiodida KI jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4),
sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna
sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah
klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan
dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik akhir titrasi
dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik HAs (CH3COOH)
harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisa ini adalah :
I. OCl-
+ 2 KI + 2 HAs -----> I2 + 2 KAs + Cl- + 2
H2O
II. NH2Cl
+ 2 KI + 2 HAs -----> I2 + KAs + KCl + NH4As
III.
I2 + kanji -----> warna biru
IV.
I2 + 2 Na2S2O3 -----> Na2S4O6
+ 2 NaI
Dengan demikian hubungan antara jumlah klor dan jumlah
titran adalah sebagai berikut :
A.3. Gangguan
Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan
oleh ion logam yang teroksidasi seperti Mn4+, Fe3+, dan
sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S2- (sulfide), NO2-
(nitrit), dan sebagainya.
A.4. Ketelitian
Batas kepekaan adalah kira-kira 20 µg Cl2 /
l. Batas deteksi (konsentrasi terendah) adalah 0,5 mg Cl2 l. Hasil
selalu sebagai mg Cl2 / l, walaupun juga termasuk unsur-unsur klor
aktif yang lain.
A.5. Pengawetan sampel
Klor tidak stabil bila terlarut dalam air, dan
kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan
sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus
dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel.
Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah
lebih stabil, tetapi sebaiknya disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat.
B. BAHAN DAN ALAT
PERCOBAAN
B.1. Alat-alat
a.
1 buret 25 ml : 1 mikrobiuret (untuk standarisasi dan titrasi klor)
b.
2 labu takar 1 l ; 1 labu takar 0,5 l (untuk larutan standar)
c.
2 beker 0,2 l, 0,5 l, dan 1 l; 1 gelas ukur 1 l (untuk pembuatan indicator dan
keperluan titrasi)
d.
1 pipet 50 ml, 20 ml, 5 ml, 1 ml; 2 pipet 10 ml
e.
mortir; botol kaca coklat; botol peniris (untuk indikator)
f.
kertas pH
g.
batang pengaduk kaca; karet penghisap; pengaduk magnetis serta magnetnya
B.2. Reagen
a.
asam asetik (glacial) yang pekat.
b.
kalium iodida KI Kristal (hablur)
c.
standar natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N
gunakan labu takar 1 liter untuk melarutkan 25 g Na2S2O3.
5 H2O; isi dengan air suling sampai volume menjadi 1 liter, lalu
tambahkan beberapa ml kloroform CHCl3 supaya larutan stabil.
Kemudian, awetkan larutan standar tersebut selama minimum 2 minggu sebelum
distandarkan dan dipakai untuk pertama kali.
d.
standarisasi larutan Na2S2O3 dengan metode
kaliumdikromat (masa pakai larutan Na2S2O3 adalah
24 jam sebelum perlu standarisasi lagi)
Larutkan
4,904 g K2Cr2O7 (tanpa H2O, yang
sudah dikeringkan pada suhu 1050C selama 2 jam) dalam 1 liter air
suling. Larutan ini adalah larutan 0,10 N K2Cr2O7. simpan
larutan ini dalam botol kaca dengan tutup kaca.
Siapkan
kurang lebih 80 ml air suling dalam beker 0,2 liter kemudian tambahkan 1 ml H2SO4
pekat, 0,10 N K2Cr2O7 di atas dan lebih kurang
1 g KI, aduklah terus sambil menunggu selama 6 menit.
Titrasikan
larutan tersebut dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai
warna kuning hamper habis (iodide telah dibebaskan).
Tambahkan 1
ml larutan kanji, kemudian teruskan titrasi sampai warna biru hilang pertama
kali (warna biru akan keluar lagi setelah beberapa menit), sehingga :
Normalitas
Na2S2O3 = 1/ ml Na2S2O3 yang dibutuhkan
e.
standar natriumtiosulfat 0,010 N dan 0,005 N
dari larutan standar (pokok) natriumtiosulfat 0,1 N di
dalam labu takar 0,5 l. 1 ml larutan titran 0,01 N sesuai dengan 354,5 µg klor
sebagi Cl2. Bila kadar klor terlalu rendah untuk ditentukan dengan
larutan 0,010 N maka digunakan standar natriumtiosulfat 0,005 N sebagai titran.
f.
indicator kanji
5 g kanji dengan sedikti air suling digiling dalam
mortir. Tuangkan ke dalam 1 l air suling di dalam beker yang sedang mendidih
(sterilisasi). Diamkan semalam agar terjadi endapan dan supernatant yang akan
digunakan bebas dari kekeruhan. Tambahkan 4 g/l seng klorida (ZnCl) agar awet.
Kemudian simpan dalam botol peniris.
C. CARA KERJA
1. Volume sampel dipilih
sehingga volum titran yang dibutuhkan kurang dari 20 ml Na2S2O3
0,010 N. bagi sampel dengan kadar klor 0,5 sampai 10 mg Cl2/l
volumenya diambil 500 ml; sampel dengan kadar klor > 10 mg spasi CL2/l,
perlu volum < 500 ml.
2. Tuangkan 5 ml asam asetik
(glacial) ke dalam sampel; adukalah agar pH merata dalam larutan yaitu sekitar
pH 3 sampai 4. Cek dengan kertas pH, lalu tambahkan kurang lebih 1 g KI (warna
kuning akan tampak). Aduklah terus.
3. Sampel kemudian dititrasi
dengan Na2S2O3 0,010 atau 0,005 N dengan buret
biasa atau mikroburet (agar lebih teliti) samapai warna kuning hamper hilang (
larutan bebas dari iodine); tambahkan 1 ml kanji, sampel akan berwarna biru,
dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang pada titik akhirtitrasi.
4. Pengaruh dari gangguan
ditentukan melalui titrasi sebuah larutan blanko. Ke dalam volume air suling
sebanyak sampel di butur 1, tambahkan 5 ml asam asetik, kurang lebih 1 g KI dan
1 ml larutan kanji. Kalau warn abiru keluar, lakukanlah titrasi seperti pada
butir 3. Kalo warna biru tidak muncul, titrasikanlah dengan 0,0282 N larutan
iodine sampai warna biru keluar; lalu titrasikanlah seperti pada butir 3. Kalau
dalam kasusu terkhir volume titran iodine adalah lebih besar daripada volum
titran Na2S2O3, mak nilai B (butir B.3) adalah
negative.
5. Agar supaya analisa teliti,
duplikst dibuat untuk setiap sampel.
Untuk praktikum
Volum sampel cukup 100 ml titrasi dapat dilakukan
langsung di dalam botol reaksi.. Dianggap bahwa dalam larutan blanko tidak ada
gangguan sehingga nilai B pada butir C.1 hampir sama nol. Namun cara tersebut
kurang teliti untuk maksud riset.
C.1. Perhitungan
Klor aktif sebagai mg Cl2/l
=(A-B).N.35453/v
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3
untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 untuk
blanko (bisa positif atau negatif)
N = normality larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Klor aktif akan membebaskan iodine I2 dari
larutan kaliumiodida KI jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4),
sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna
sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah
klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan
dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik akhir titrasi
dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik HAs (CH3COOH)
harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika. 1987. Metoda
Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Metcalf
& Eddy, 1991, Wastewater Engineering; Treatment, Disposal and Reuse,
Third Edition, McGraw-Hill, Inc., New York.
- See more
at: http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/disinfektan-atau-klor-aktif-sisa-klor.html#sthash.oLeCAuJL.dpuf
http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/disinfektan-atau-klor-aktif-sisa-klor.html
No comments:
Post a Comment