Flash Effect

Wednesday, May 22, 2013

PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL”

Makalah ini berisikan tentang informasi OBAT atau yang lebih khususnya membahas perkembangan obat tradisional di Indonesia,  Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Perkembangan Obat Tradisional.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, Maret 2013

Ananda Lisda Putri
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Saat ini obat tradisional banyak beredar di pasaran, dari desa-desa sampai ke kota sudah mengenal akan obat tradisional, yang terbuat dari bahan-bahan alami yg diambil dari alam. Bahkan saat ini masyarakat lebih dominan condong ke obat tradisional. Menurut mereka, obat tradisioal tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan tubuh selain itu harganya murah dapat di jangkau di berbagai kalangan masyarakat.
Kalau begini pabrik obat-obat kimia semakin mempunyai banyak saingan, bukan hanya saingan terhadap sesama pabrik obat-obat kimia melainkan bersaing juga terhadap pabrik obat tradisional. Seharusnya pabrik obat-obat kimia berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat tentang obat kimia menimbulkan efek samping yang lebih besar daripada obat-obat tradisional, dan seharusnya pabrik obat-obat kimia lebih menginovasi produk-produknya dan meminimalkan efek samping yang terkandung dalam obat-obat kimia..




BAB II
PEMBAHASAN
Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu..
Perlu diketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa kerennya sich '"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
      Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.
Sudah banyak zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang – Ephedra vulgaris), digoksin (digitalis lanata), genistein (dari kacang kedelai) dan lainnya.
Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai “menampakkan diri”. Aspirin salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis saat itu. Pada tahun 1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin pada tahun 1940. Seperti diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat disembuhkan dengan menutupinya dengan kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi baru sekitar tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr. Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin.
Sejak saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar 500 zat per tahun-nya). Hal ini membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat pesat.
Secara umum, kebanyakan obat “kuno” telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih “modern”. Eits, bukan berarti obat modern bisa “santai”, sebab persaingan selanjutnya adalah antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat terganti dengan obat modern yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih efektif.
Meski begitu, diperkirakan lebih dari 78% obat yang beredar sekarang adalah merupakan hasil dari penemuan tiga dasawarsa terakhir.
       nah,sekarang sudah tahu kan kawan bagaimana sejarah obat dari jaman purba hingga sekarang ini ..
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian yang mencari ilmu perkembangan sejarah obat tradisional.

Bentuk obatan-obatan tradisional yang paling menguntungkan secara finansial adalah obat-obatan herbal yang memang oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah dinyatakan dapat mengobati penyakit kronis.
Salah satunya adalah obat malaria yang dikembangkan dari penemuan zat artimisinin yang ditemukan dari tumbuhan Artemisia annua L, tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat Cina sejak 2000 tahun lalu.
Bahkan, negara-negara berkembang di seluruh dunia mulai menggunakan obat tradisional termasuk didalamnya akupuntur. Ya, saat ini, sebesar 70%-80% dari total populasi di negara-negara berkembang telah menggunakan pengobatan alternatif.
Obat tradisional menurut WHO adalah keseluruhan dari pengetahuan, keterampilan, dan praktek berdasarkan teori, kepercayaan, dan pengalaman asli setempat yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit fisik dan mental.
Obat tradisional termasuk di dalamnya obat-obatan herbal, pijat, akupuntur, dan lainnya. Obat-obatan herbal telah mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat dunia.
Ini dibuktikan dengan banyaknya pendapatan dari adanya perdagangan obat-obatan herbal di Eropa Barat, Cina, dan Brazil. Obat herbal dapat mengobati berbagai keluhan yang mereka adukan kepada dokter.
Masalah yang meliputi kesehatan jantung dan sirkulasi darah termasuk didalamnya angina, tekanan darah tinggi, dan varises bisa dirawat dengan obat-obatan herbal.
Begitu juga dengan penyakit yang berhubungan dengan ginekologi seperti menstruasi dan menopause. Di samping itu, obatan-obatan herbal tanpa bahan kimia juga dapat menanggulangi penyakit seperti insomnia, migrain, influenza, asma, demam, dan reaksi alergi lainnya.
Bagaimana dengan keamanananya? Ada banyak orang yang menganggap bahwa obat-obatan herbal berasal dari tumbuhan sehingga obat-obat ini tidak memiliki efek samping. Namun, faktanya obat-obatan herbal bisa saja berbahaya dan memiliki efek buruk jika kualitas obat-obatan herbal sangat rendah.
Tak hanya itu, tak sedikit pula orang-orang yang berkecimpung dalam dunia medis menolak penggunaan obat-obatan herbal akibat belum adanya banyak penelitian tentang kandungan obat-obatan herbal dan efeknya bagi tubuh.
Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah membuat strategi untuk mendukung dan mengintegrasikan pengobatan tradisional termasuk didalamnya obat-obatan herbal ke dalam sistem kesehatan nasional bagi negara-negara anggota WHO.
Organisasi ini juga akan memastikan bahwa pengobatan tradisional yang dipasarkan memiliki kualitas yang baik serta penggunaanya aman bagi masyarakat dunia. Selain itu, WHO juga akan mengakui pengobatan tradisional sebagai bagian dari perawatan kesehatan primer.
Tentu saja, misi ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Organisasi Kesehatan Dunia sebab tidak banyak negara yang memiliki regulasi tentang obat tardisional.
Selain itu, penelitian tentang berbagai macam pengobatan herbal harus ditingkatkan untuk kepentingan misi WHO. Namun, menilai kualitas suatu produk obat herbal terbilang cukup kompleks karena harus melihat sumber tanaman tradisional dan proses pengolahannya.
 
Tulisan ini: “Prospek Pengembangan Herbal Masa Depan: dari komoditas ke merek (branding)”, pernah dimuat pada  Herba Magazine, Edition: July, 2006.
Tanaman obat (herbal medicine) selama ini sudah banyak digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia; namun baru sedikit yang dikemas sebagai “brand” yang mampu bersaing dengan obat kimia lainya; padahal bahan baku herbal ini banyak tersedia dengan harga murah dan mudah didapat; mengapa potensi ini tidak dikembangkan dan menjadi andalan bagi industri farmasi di Indonesia di masa depan?
Apalagi ketika nilai tukar rupiah jatuh. Dimana bahan baku obat kimia impor juga ikut naik akibat melemahnya nilai rupiah. Sehingga harga obat-obatan kimia ’bermerek’ mulai menyesuaikan diri dengan kenaikan harga bahan baku impor. Akibatnya sebagian besar masyarakat Indonesia yang berpenghasilan ’pas-pasan’ sangat sulit untuk menjangkau harga obat kimia yang membumbung tinggi. Oleh karena itu, alternatif yang ditempuh adalah pengembangan obat-obatan bersumber bahan baku dari alam.
Obat alami (secara tradisional dikenal dengan nama jamu) dan di dunia farmasi sekarang lebih dikenal dengan sebutan herbal medicine sejak dulu sudah digunakan oleh nenek moyang secara turun temurun sebagai alternatif mengatasi permasalahan kesehatan.
Obat alami (herbal medicine) adalah sediaan obat, baik berupa obat tradisional atau fitofarmaka, yang berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam, baik yang berasal dari sumber daya alam biotik (jasad renik, flora dan fauna, serta biota laut) maupun abiotik (meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan mencakup kekayaan/potensi yang ada di dalamnya) (Hera Maheshwari, 2002).
Trend self medication di Indonesia
Perkembangan obat alami ini, selaras dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan dari pada pengobatan penyakit 1); perkembangan obat-obat tanpa resep dokter (OTC); dan imbauan Depkes akan perlunya upaya back to nature sebagai upaya pencegahan penyakit sehingga berkembangnya trend pengobatan sendiri (self medication) di masyarakat Indonesia.
Dari segi harga, obat alami ini relatif lebih murah, karena bahan bakunya murah, mudah, dan banyak tersedia; sehingga harga obat-obatan herbal ini dapat terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Bandingkan dengan obat-obat kimia yang relatif lebih mahal; disebabkan sekitar 90% bahan baku obat tersebut harus di impor dari luar negeri; antisipasinya adalah perlu bagi industri farmasi Indonesia untuk mengembangkan dan meningkatkan penelitian produk obat-obatan dari bahan-bahan alami.
Pasar obat herbal di Indonesia sendiri masih cukup memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Masyarakat Indonesia sudah cukup familiar dengan tanaman obat. Dari zaman dahulu, secara turun temurun pengobatan yang dilakukan oleh pendahulu kita dilakukan dengan menggunakan tanaman obat.
Hebal medicine kalangan Medis
Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, ketersediaan bahan baku, ketersediaan obat dalam jenis dan jumlah yang cukup, keterjaminan kebenaran khasiat, mutu dan keabsahan obat yang beredar, serta perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan obat yang dapat merugikan/membahayakan masyarakat merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan. Dalam kondisi seperti saat ini, upaya yang paling tepat adalah mendorong pengembangan obat tradisional ke arah fitofarmaka [produk yang sudah teruji secara klinis], dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan terhadap obat modern yang bahan bakunya masih diimpor (Sri Yuliani, 2001)
Di Indonesia, kenyataannya obat tradisional (herbal medicine) ini penetrasinya hanyalah ditingkat konsumen langsung (end user); sedangkan ditingkat komunitas “kalangan medis” dalam pelayanan kesehatan formal–herbal medicine belum dapat diterima sebagai bagian dari pola pengobatan modern; oleh karena itu, perlu adanya upaya uji klinis yang dilakukan oleh pemain di industri obat tradisional ini.
Dari sisi kualitas, sudah banyak terbukti beberapa tanaman obat efektif digunakan untuk beberapa pengobatan. Di Indonesia, beberapa tanaman obat telah terbukti secara empiris dan turun temurun digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, semisal daun sirih (Piper battle folium) digunakan untuk antiseptik; umbi jahe (Zingibers officinale Rosc) digunakan sebagai Analgesik. Antipiretik, dan antiinflamasi; daun katuk (Sauropus androgynus folium) digunakan untuk meningkatkan produk ASI.
Herbal: dari komoditas ke merek (branding)
Beberapa tanaman berkhasiat obat tersebut di atas; oleh industri jamu dan sebagian besar industri farmasi; telah diproduksi secara modern baik dalam bentuk sediaan kaplet, kapsul, maupun carian (syrup); dikemas; dan diindikasikan untuk pengobatan tertentu. Oleh beberapa Industri Farmasi terkemuka, beberapa herbal medicine, secara medis sudah teregistrasi sebagai fitofarmaka (yaitu herbal medicine yang telah mengalami uji klinis) diantaranya Fitodiar–obat diare non spesifik (PT. Kimia Farma, Tbk); Tensigard–obat darah tinggi dan X-gra–aprodisiaka (PT. Phapros, Tbk); ini menunjukkan herbal medicine telah memiliki standar yang baik sebagai obat alami yang berkhasiat medis.
Hasil uji klinis ini, mendukung bagi para industri jamu dan farmasi, untuk meningkatkan potensi pasar produk, baik lansung ke konsumen (end user) untuk menggunakan herbal medicine ini; dan juga upaya untuk menembus kalangan dokter untuk meresepkan herbal medicine karena telah terbukti secara ilmiah.
Pengembangan Herbal Medicine Di Industri Farmasi
PT. Phapros mengembangkan herbal medicine ke arah produk-produk Fitofarmaka. Melalui bendera Agromed; dua produk herbal medicine-nya telah mendapatkan uji klinis, yaitu Tensigard–obat darah tinggi dan X-gra–aprodisiaka. Kedua obat ini dipasarkan melalui jalur distribusi obat bebas. PT. Kimia Farma, Tbk juga mengembangan herbal medicine dengan bendera Fitolab (Fituno, Asifit, dan New Padibu); begitu juga PT. Soho, PT. Dexa Medica juga masuk ke dalam industri herbal medicine ini.
Permasalahan Klasik Bahan Baku Herbal Medicine
Karena produksi produk herbal medicine targantung dengan bahan baku herbal yang notabone-nya tergantung dari alam, maka ketersediaan bahan baku, menjadi perhatian penting untuk menjaga ketersediaan yang berkesinambungan; dibudidayakan secara baik sehingga kualitas simplisia yang dihasilkan seragam dan bermutu baik. Banyak bahan baku herbal yang masih sulit untuk didapatkan; menurut Amzu dan Haryanto (1991) dalam Yuliani (2001), ada 41 jenis tumbuhan obat langka yang perlu dilestarikan, di antaranya purwoceng (Pimpinella pruatjan), kayu angin (Usnea misaminensis), pulasari (Alyxia reinwardtii), pasak bumi (Eurycoma longifolia), dan kayu repat (Parameria barbata). Sehingga, dengan menjaga kesinambungan bahan baku, produksi herbal medicine dapat terjaga ketersediaanya.
Kendala lain dalam pengembangan herbal medicine adalah pemasaran, yaitu adanya keengganan unit pelayanan kesehatan formal seperti Puskesmas, poliklinik, atau rumah sakit untuk menggunakan obat tradisional dalam pola pengobatan, karena obat tradisional masih dianggap sebagai produk inferior atau kelas rendah. Untuk mengatasi masalah ini, upaya pengembangan obat tradisional ke arah fitofarmaka merupakan suatu keharusan, karena hanya dengan cara tersebut unit-unit pelayanan kesehatan dapat menerima penggunaan obat tradisional sehingga penggunaan obat tradisional berkembang secara meluas dan diterima oleh seluruh lapisan [Karmawati et al. (1996) dalam Yuliani (2001)]
Peran Marketing untuk pemasaran Herbal Medicine
Peran marketing sangatlah penting untuk memasarkan produk ini ke konsumen dan kalangan medis. Upaya marketing yang terintergrasi melalui perencanaan yang matang, baik research marketing sebelum, saat, dan setelah peluncuran produk-produk herbal medicine ke pasar manjadi sangatlah penting untuk melihat kesuksesan produk ini di pasar.
Dengan semakin terbukanya pengembangan produk-produk herbal medicine baik yang diluncurkan oleh perusahan farmasi ataupun perusahaan jamu ; membuka peluang untuk berkompetisi secara maksimal untuk dapat menghasilkan penjualan yang tinggi.
Sebagai produk baru, pertama, memang dukungan uji klinis berperan dalam menentukan arah kegiatan pemasaran. Dengan telah terbukti secara klinis, herbal medicine dapat di-endorse ke kalangan medis.
Kedua, dukungan manajemen untuk melihat bahwa pengembangan herbal medicine dari aspek pemasaran adalah kegiatan “investasi”. Dengan masuknya produk-produk herbal medicine ke dalam wilayah over the counter; yang kegiatan promosinya dilakukan langsung ke target market (end user). dimana, kegiatan pemasaran dilakukan melalui pendekatan promosi lini atas (above the line) melalui promosi televisi, radio, majalah, tabloid, atau surat khabar dan pendekatan promosi lini bawah (below the line) yaitu lewat leafling, brosur, direct selling, direct promotion, atau pendekatan ke dokter. Kegiatan pemasaran ini terang membutuhkan biaya marketing yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dukungan manajemen sangat diharapkan untuk keberhasilan produk ini di pasar.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan obat tradisional dalam beberapa decade belakangan ini amat sangat pesat karena masyarakat mulai menyadari bahwa pengobatan alami jauh lebih aman. Dimana masyarakat menggunakan obat yang telah turun temurun digunakan dengan khasiat yang tidak bisa dipertanyakan lagi.

Saran
Obat tradisional warisan nenek moyang sebaiknya semakin dikembangkan lagi ke dunia internasional.






Daftar Pustaka:
1.    Maheshwari, H. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prosepek Pengembangannya. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor Juni 2002. Tidak Dipubikasikan.
2.    Yuliani, S. Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka. Jurnal Litbang Pertanian 20 ( 3 ), 2001 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111.
3.    Homepage www.bisnis.com











TUGAS MAKALAH
PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL
unhas_logo.gif
OLEH
ANANDA LISDA PUTRI
N11110903

MAKASSAR
2013

Tuesday, February 26, 2013

TABLET SALUT



BAB I
PENDAHULUAN
I.1     Latar Belakang
Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya.  Ada beberapa macam tablet berdasarkan proses pengerjaannya, yaitu : Tablet dengan Proses Granulasi Basah (* Wet Granulation ), Tablet dengan proses Granulasi Kering ( Dry Granulation, dan juga dengan Direct Compress ( Kempa Langsung ). Seluruh macam tablet tersebut memiliki karakteristik trsendiri. Dan juga memiliki syarat-syarat tersendiri dalam pembuatannya.
Tablet merupakan sediaan yang paling diminati karena mudah untuk dikonsumsi dan mudah dalam pengemasan serta penyimpananya. Dan juga tablet merupakan sediaan yang dapat diproduksi langsung dalam jumlah besar. Oleh karena itu Tablet sangat banyak di konsumsi. Dan bahan-bahan obat lebih banyak yang dibuat dalam  bentuk tablet. Namun, selain keunggulan tablet tersebut, adapula kekurangan tablet yang lainnya, seperti, lamanya diabsorbsi dalam tubuh dibandingkan dengan sediaan obat yang lainnya. Namun, walaupun dengan berbagai kekurangannya, tablet masih tetap menjadi sediaan yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi.
Dalam pembuatan tablet, berbagai bahan dapat digunakan. Tergantung dari formulasi tablet yang diinginkan. Dalam hal ini, kita berbicara tentang tablet yang disalut ( Tablet Salut ) . Tablet ini memiliki karakteruistik tertentu yang mengharuskan tablet tersebut harus di salut. Berbagai syarat bahan yang dibutuhkan untuk dilakukan penyalutan. Dan berbagai alasan mengapa suatu tablet harus dilakukan penyalutan,. Ada beberapa macam tablet salut yang akan di bahas dalam makalah ini. Begitu pula berbagai teknik-teknik penyalutan yang akan dibahas di dalam makalah ini. Yang akan di bahas pula adalah Tablet salut Enterik. Semaunya akan dibahas dalam makalah ini.
I.2     RUMUSAN MASALAH
1.        Mengetahui dan memahami definisi tablet salut!
2.        Mengetahui pembagian tablet salut!
3.        Mengetahui contoh-contoh tablet salut!
4.        Mengetahui tujuan penyalutan!
5.        Mengetahui dan memahami bahan-bahan yang perlu penyalutan!
6.        Mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan tablet salut!
7.        Mengetahui metode-metode penyalutan!
8.        Mengetahui masalah-masalah dalam tablet salut!
9.        Mengenali alat-alat yang digunakan dalam penyalutan!
10.     Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi mutu tablet salut!


BAB II
ISI
A.   Pengertian
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa – cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya vbulat mengandung satu jenis pobat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Tablet salut (coated tablet) adalah bentuk sediaan obat (tablet) dimana tablet disalut (diselubungi) menggunakan gula maupun polimer.
Penyalutan tteblet yang merupakan salah satu proses farmasetik yang tertua dan sampai sekarang masih ada dan terus berkembang. Pada awalnya, proses penyalutan dilakukan terhadap pil. Proses penyalutan sering kali diakui lebih merupakan suatu seni dari pada suatu ilmu, ini menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Proses penyalutan menggunakan panci farmasetik didasarkan pada proses yang digunakan dalam industri permen, yang tekniknya berkembang pesat, bahkan dalam abad pertengahan. Dewasa ini, kebanyakan panci penyalut dibuat dari baja tahan karat, sedangkan dulu panci dibuat dari tembaga karena pengeringan dilakukan dengan sumber panas dariluar panic. Pada penyalutan dengan panci konvensional tablet yang disalut harus dikerimngkan menggunakan suplai udara yang dipanaskan. Semetara itu, kelembapan dan debu dari sekitar panci dihilangkan dengan cara system ekstraksi udara.


B. Pembagian Tablet Salut
1.      Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan bahan seperti pengikat atau derivat selulosa yang tidak hancur di lambung tetapi larut di usus. Penyalut dapat dibuat dari bahan yang pH-nya tergantung, tidak larut dalam medium asam lambung tetapi larut pada lingkungan sedikit asam atau lingkungan basa usus. Penyalutan ini digunakan jika obat mengiritasi lambung, kerja obat ditujukan pada usus seperti pada obat cacing (anthelmentika), dan obat dinonaktifkan oleh getah lambung.
2.      Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan tipis berturut-turut dengan larutan sukrosa dengan atau tanpa pewarna. Penyalut ini berguna karena dapat melindungi bahan obat dengan berperan sebagai barrier terhadap kelembaban dan udara, menutupi bahan obat yang rasa dan baunya tidak enak dan memperbaiki penampilan tablet. Salut dapat bervariasi dalam ketebalan dan warna dari tambahan bahan-bahan celupan ke salut gula.
3.      Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan lapisan tipis berwarna tidak larut air  atau tidak berwarna dari larutan bahan polimer yang hancur dengan cepat dalam saluran pencernaan. Penyalut film memiliki fungsi yang sama dengan salut gula dengan tambahan keuntungan yang kurang lebih lebih tahan lama. Dimana tablet yang disalut dengan lapisan yang dimuat dengan cara pengendapan zat penyalut dari pelarut yang cocok. Lapisan selaput umumnya tidak lebih dari 10 % berat tablet. Salut film sekarang ini adalah metode yang lebih disukai untuk membuat tablet salut. Lebih ekonomis dan memakan waktu, tenaga, biaya yang minimum dan mendapatkan tablet tahan panas dan pelarut.
C. Contoh-Contoh Tablet Salut
Tablet salut gula
Tablet multivitamin misalnya caviplex, enervon c, liviron b-plek
Tablet salut selaput/film
Cholespar, ponstan FCT
Tablet salut enterik
Dulcolax tablet, voltaren tablet
Tablet Salut Enterik
Tablet Salut Selaput
Tablet Salut Gula
D. Tujuan Penyalutan
1.    Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.
2.    Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.
3.    Untuk mengendalikan penglepasan obat dari tablet.
4.    Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, dengan menyalutnya dengan salut enterik tahan asam.
5.    Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan untuk menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia atau untuk menjamin terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.
6.    Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan pencetakan kontras
E. Bahan-Bahan yang Harus Disalut
Tablet memiliki banyak bahan-bahan penambah ( Excipients ) yang digunakan dalam memformulasikanya. Namun,beberapa bahan memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang mengharuskan tablet dengn bahan tersebut harus dilapisi dengan bahan penyalut. Adapun bahan-bahan yang harus disalut adalah :
a.    Bahan-bahan yang pahit. Sehingga apabila bahan ini disalut maka akan menutupi rasa pahit dari bahan tadi. Sehingga akan lebih mudah dikonsumsi.
b.    Bahan yang rapuh. Penyalutan akan menutupi bahan yang membuat tablet rapuh. Sehingga akan menghindarkan tablet dari penampilan yang kurang baik seperti Mottling dll.
c.    Bahan yang dapat mengiritasi lambung. Dengan penyalut, maka bahan ini tidak akan dipecah di lambung, tetapi akan dipecah di usus. Sehingga tidak akan mengiritasi lambung lagi.
d.    Bahan-bahan yang di inaktifkan oleh asam lambung. Dengan penyalutan, bahan ini akan dilindungi dari asam lambung yang akan merusak bahan tersebut.

Jadi, jika tablet mengandung bahan-bahan yang ada di atas, maka seharusnya tablet tersebut harus di berikan penyalutan sehingga akan memaksimalkan kerja tablet di dalam tubuh.
F. Keuntungan dan Kerugian Tablet Salut
Keuntungan tablet salut :
a.  menghindari penguraian obat di lambung,
b.  efek lebih cepat daripada obat yang ditelan,
c.  first pass efek metabolism dapat dihindari
d.  menghidari rasa mual akibat menelan obat
e. Lebih stabil
Kekurangan dari tablet salut yaitu:
1.    Ukuran dan bobot dari tablet salut jadi mengakibatkan peningkatan biaya pengemasan dan pengiriman
2.    Kerapuhan dari penyalut dapat mengakibatkan rentannya tablet terhadap kerusakan yang mungkin terjadi jika salah ditangani
3.    Penyampaian mutu ekstrik yang tinggi seringkali membutuhkan jasa operator penyalut yang dengan keterampilan menyalut yang tinggi
4.    Pengkilapan akhir yang dicapai dengan suatu tahap pemolesan dapat membuat pencetakan menjafi sulit
5.    Kerumitan prosedur, formulasi, dan proses membuat otomisasi lebih sulit
G. Metode Penyalutan
a)    Proses penyalutan gula yang khas meliputi tujuh tahap utama, yaitu :
1.    Penyegelan (sealing)
Kebanyakan formulasi salut yang digunakan dalam proses salut gula adalah akuosa, sedangkan inti tablet yang berpori dan merupakan absorben kuat diformulasikan untuk berdisintegrasi dengan cepat jika berkontak dengan air. Salut segel diterapkan langsung pada inti tablet untuk memisahkan ingredien tablet (terutama zat aktif) dari air (yang merupakan konstituen utama dari formulasi penyalut) untuk memastikan stabilitas produk yang baik. Fungsi penyegelan tablet yang kedua adalah memperkuat inti tablet. Kuantitas bahan yang diterapkan sebagai suatu salut segel akan bergantung terutama pada tablet dan ukuran bets.
Jika permukaan inti tidak dilindungi dengan baik, stabilitas produk jadi (fisika dan kimia) dapat rusak. Maksud penyegelan adalah memberikan perlindungan awal dan mencegah ingredien tablet inti bermigrasi ke dalam penyalut, dan akhirnya merusak penampilan produk jadi.
Ada beberapa polimer yang dapat digunakan sebagai penyalut segel, misalnya selak, zein, hidroksipropilmetil selulosa (HPMC), polivinil asetat ftalat (PVAP), dan selulosa ftalat asetat (CAP). Polimer tersebut dilarutkan pada konsentrasi 15-30 % b/b dalam suatu pelarut organic yang sesuai.
Apabila menggunakan polimer yang tidak larut air sebagai dasar untuk formulasi penyalut segel, gunakan penyalut yang diperlukan dalam jumlah minimal guna memberi perlindungan yang sesuai. Kalau tidak, karakteristik pelepasan zat aktif dapat berpengaruh.
2.    Penyalut Dasar (Subcoating)
Penyalutan dasar adalah tahap inti pertama dari proses salut gula yang membulatkan pinggiran tablet dan menambah bobot inti. Salut dasar juga membuat pondasi untuk proses salut gula yang masih akan dilakukan. Setiap kelemahan dalam salut gula akhir sering disebabkan oleh kelemahan dalam salut dasar.
Untuk mempermudah pembangunan ini, formulasi salut dasar hampir selalu mengandung pengisi dalam konsentrasi tinggi, seperti talk, kalsium karbonat, kalsium sulfat, kaolin, dan titanium dioksida. Selain itu, pembentuk film pembantu seperti akasia, gelatin atau salah satu turunan selulosa, juga dapat dimasukkan guna menyempurnakan keutuhan struktur salut.
Untuk mencapai hasil yang bermutu, selama penyalutan dasar bahan penyalut harus menutup sudut tablet dan pinggir tablet secara efektif. Oleh karena itu, seleksi bentuk tablet  yang sesuai harus dilakukan. Bentuk tablet dengan sudut minimal, seperti tablet yang dikempa pada pons yang sangat cembung atau pons radius dwi rangkap, jelas dapat membantu penutupan yang efektif. Selain itu, ketebalan pinggiran tablet perlu diminimalkan. Jika tidak, tablet akan lebih sering menempel dan kemungkinan besar dapat terjadi penutupan pinggiran yang tidak sempurna oleh subsalut.          
3.    Pembesaran Dan Pelicinan (grossing dan smoothing)
Untuk membuat suatu produk salut gula yang bermutu, permukaan yang disalut harus licin dan bebas dari ketidakberaturan sebelum penerapan salut warna.
Karna persyaratan pelicinan dapat dicapai selama penerapan salut dasar (subcoat), proses pelicinan lanjut (sebelum salut warna) biasanya tidak dilakukan lagi. Salut pelican sederhana terdiri atas sirop sukrosa 70% dan sering mengandung titanium dioksida (1-5 %) sebagai suatu bahan pemburam (opacifier) atau zat pemutih dan mungkin juga diwarnai dengan pewarnaan lain guna memberikan suatu dasar yang baik untuk penerapan salut berikutnya.
Jika diperlukan pelicinan dalam jumlah besar, sebagaimana halnya pada tablet salut dasar yang mempunyai permukaan berlubang-lubang, zat tambahan lain (seperti talk, kalsium karbonat dan pati jagung) dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk mempercepat proses pelicinan.
4.    Penyalutan warna (color coating)
Pewarna yang sesuai dilarutkan dalam sirop penyalut untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Ada dua pendekatan dasar untuk mewarnai sirop salut gula, masing-masing dengan teknik penyalutan yang berbeda. Kedua pendekatan ini meliputi penggunaan zat pewarna larut air atau pigmen tidak larut air.
Akan tetapi, penambahan pigmen kedalam larutan sirop tidak semudah seperti zat pewarna larut air. Perlu dipastikan agar pigmen dibasahi sempurna dan terdispersi secara seragam . jadi, penggunaan warna pigmen konsentrat (pekat) yang tersedia secara komersial biasanya lebih menguntungkan.
5.    Pemolesan (polishing)
Permukaan tablet yang baru saja disalut warna biasanya masih pudar. Oleh karna itu, tablet perlu dipoles dengan menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan permukaan tablet salut yang halus.
Pemolesan dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe peralatan (misalnya kanvas atau panic yang dilapis malam), termasuk peralatan yang digunakan untuk penerapan salut gula itu sendiri (yang lebih khas dalam proses yang diotomatiskan).
6.    Pencetakan cap (printing)
Jika tablet yang disalut gula selanjutnya diberi identitas dengan suatu nama produk, kekuatan dosis atau logo perusahaan, hal ini harus dilakukan dengan suatu proses penstempelan.
Secara khas, penstempelan demikian meliputi penerapan tinta bercak farmasetik pada permukaan tablet yang disalut dengan suatu proses penstempelan yang dikenal sebagai offset rotogravure.
Tablet salut gula dapat distempel sebelum atau sesudah pemolesan. Penstempelan sebelum pemolesan memungkinkan tinta melekat lebih kuat pada permukaan tablet, tetapi tulisan dapat hilang karna gesekan atau sentuhan pelarut organik selam proses pemolesan. Penstempelan setelah pemolesan dapat menghindari masalah penggosokan cap srlam pemolesan, tetapi tinta tidak selalu melekat dengan baik pada permukaan tablet yang dilapisi malam.

b)  Proses penyalutan selaput
Salut selaput merupakan proses yang sangat rumit dengan teknologi yang mendekati teknologi untuk kimia polimer, industry perekat, cat dan rekayasa kimia. Proses salut selaput secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses yang melibatkan penerapan salut selaput berbasis polimer (dalam rentang 20-200 µm), pada suatu substrat yang sesuai (tablet, pellet, granul, kaplet, serbuk obat dan hablur zat aktif obat), jika dibawah kondisi yang memungkinkan.
H. Masalah-masalah dalam Tablet Salut
1)    Masalah dalam salut gula
a.    Masalah dengan ketahanan inti tablet
Efek erosi dari setiap proses penyalutan pada inti tablet telah diketahui. Oleh karena itu,inti tablet harus cukup kuat untukmenahan tekanan yang dialaminya selama penyalutan. Jadi, perhatian khusus harus diberikan terhadap pentingnya sifat fisik inti tablet,seperti kekerasan ,friabilitas dan kecenderungan laminasi. Kegagalan dalam memperhatikan persoalan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fragmentasi tablet selama proses penyalutan.
Fragmentasi tablet dapat menimbulkan beberapa masalah, misalnya tablet yang pecah pasti tidak dapat dijual. Tablet harus diperiksa untuk dikeluarkan, selain itu, fragmen dari tablet yang pecah dapat melekat pada permukaan tablet yang utuh karena sifat adesifcairan penyalut. Hal ini dapat merusak suatu bagian yang signifikan dari bets.
b. Masalah mutu tablet jadi
Beberapa masalah pada tablet yang telah terjadi adalah sebagai berikut:
          I.     Salut sumbing
Salut gula biasanya bersifat rapuh sehingga cenderung sumbing jika salah ditangani. Penambahan sejumlah kecil polimer,seperti selulosa,polivinil pirolidon,gom atau gelatin, pada berbagai formulasi salut sering membantu meningkatkan keutuhan struktur, sehingga mengurangi masalah sumbing. Penggunaan berlebihan pengisi dan pigmen yang tidak larut cenderung meningkatkan kerapuhan salut gula maka hendaknya sedapat mungkin dihindari.
          II.  Keretakan salut
Inti tablet yang memuai baik selama atau setelah penyalutan mungkin menyebabkan salut retak. Pemuaian seperti ini dapat disebabkan oleh absorbs lembab oleh inti tablet, atau mungkin disebabkan oleh relaksasi tekanan dari inti setelah pengempaan . sorpsi lembab dapat diminimalkan oleh penggunaan salut segel yang tepat,sedangkan pemuaian karena relaksasi tegang pasca kempa dapat diatasai dengan memperpanjang waktu antara pengempaan dan permulaan penyalutan gula.
       III.    Salut yang tidak kering
Ketidak sanggupan untuk mengeringkan salut gula dengan baik, terutama salut berbasis sukrosa,sering merupakan suatu indicator adanya konsentrasi gula invert yang berlebihan, yaitu lebihh dari 5%. Penginversian sukrosa meningkat dengan membiarkan sirop sukrosa pada suhu yang ditinggikan dibawah kondisi asam selama periode waktu yang diperpanjang. Kondisi demikian terjadi apabila larutan salut gula mengandung lak aluminium yang dibiarkan panas terlalu lama, atau formulasi salut gula inidipanaskan lagi untuk melarutkan kembali gula yang mulai mengkristal.
      IV.    Tablet kembar
Formulasi salut gula bersifat sangat lengket, terutama jika mulai mongering, dam memungkinkan tablet yang berdekatan melengket. Tablet kembar atau multitabletsungguh merupakan suatu masalah apabila tablet yang akan disalut mempunyai permukaan yang datar, yang dapat dengan mudah bersentuhan satu sama lain. Pemilihan pons tablet yang tepat dapat secara efektif digunakan untuk meminimalkan masalah.
       V.    Warna yang tidak merata
Warna yang tidak merata mempunyai dampak besar pada penampilan tablet jadi. Distribusi warna yang tidak merata sering terlihat jelas,terutama pada warna yang gelap, dan merupakan penyebab utama  penolakan bets. Banyyak factor yang dapat berkonstribusi pada masalah ini:
-        Distribusi cairan penyalut ynag buruk selama penerapan. Hal ini dapat disebabkan oleh pencampuran tablet yan buruk dalam proses penyalutan.
-       Migrasi pewarna larut air sewaktu salut dikeringkan.
-       Permukaan salut dasar yang tidak sama rata ketika menggunakan salut yang diberi warna.
-       Pencucian kembali (washing back) salut warna yang diberi warna pigmen.
-       Pengeringan berlebihan antara masing-masing pemberian warna.
      VI.    “ Berbunga” dan “Berkeringat”
Residu kelembapan sering menyebabkan suatu masalah. Sepanjang suatu periode waktu, kelembapan ini dapat berdifusi keluar dan merusak mutu produk. Konsentrasi sedang kelembapan yang keluar menyebabkan polesan produk mulai berkabut, fenomena ini sering disebut sebagai “berbunga”. Keluarnya konsentrasi kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan munculnya butiran-butiran seperti keringat  pada permukaan tablet. Fenomena kedua ini sering juga disebut berkeringat dan dapat lebih serius jika tablet disimpan dalam wadah tertutup.
   VII.      Menyerupai marmer
Salah satu rahasia untuk mencapai produk salut gula bermutu tinggi adalah memastikan bahwa warna terdistribusi seragam dalam lapisan warna. Selain itu, pastikan juga bahwa pada waktu yang sama pada akhir penerapan salut warna diperoleh permukaan salut yang halus.
2).  Masalah dalam salut selaput (film)
Salut selaput, sebagaimana salut gula,merupakan suatu proses yang membuat produk yang disalut mengalami sejumlah tekanan yang signifikan. Efek erosi yang tidak dapat dihindarkan mempersyaratkan baik produk yang disalut maupun penyalutan itu sendiri untuk diformulasikan dengan sifat-sifat mekanik yang sesuai untuk menghindari masalah berkaitan dengan fregmentasi inti serta erosi inti dan salut.
Formulasi tablet selaput akuosa lebih mungkin mengalami masalah pembasahan daripada imbangnya yang berbasis pelarut organic. Interaksi antara salut dan substrat juga mungkin dipengaruhi oleh tekanan yang terbentuk dalam salut. Tekanan demikian dikaitkan dengan :
1.      Fenomena penyusutan yang terjadi setelah salut kering
2.      Pemuaian/ kontraksi baik dari salut maupun substrat ketika mengalami siklus pemanasan dan pendinginan dalam proses.
3.      Berbagai factor pemuaian inti lainnya .
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan jika perubahan formula atau kondisi proses ingin dihindari apabila jika perubahan-perubahan tersebut tidak memungkinkan oleh peraturan.
    I.    Terkelupas
Pengelupasan dapat terjadi apabila salut pada dua tablet yang berdekatan tidak cukup kering sebelum kontak antartablet terjadi. Kerena salut yang kering sebagian dapat sangat melekat, dua tablet yang berkontak akan melekat sekali satu sama lain, dan kemudian putus berpisah hanya setelah salut kering.
Penerapan komposisi salut pada kecepatan yang lebih cepat daripada kecepatan penguapan air dapat mengakibatkan tablet lewat basah. Dalam kondisi ini, tablet melekat bersama-sama satu sma lainatau melekat pada panci tablet ketika tablet berguling. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengendalikan kecepatan penerapan penyalut secara ketat dan meningkatkan suhu udara pengering.
  II.    Kulit jeruk ( kekasaran permukaan )
Untuk keberhasilan proses salut selaput, tetesan cairan penyalut harus segera kering setelah berkontak dengan permukaan produk permukaan tablet, tetapi pemeriksaan salut dengan teliti menunjukkan bahwa salut telah menutup lekukan pada permukaan.
 III.    Penambalan logo
Penambalan yang disebabkan oleh penerapan larutan yang terlalu banyak mengakibatkan salut selaput yang tebal mengisi dan mempersempit monogram atau garis pembagi dua. Selain itu, jika larutan penyalut diterapkan terlalu cepat, lewat basah dapat mengakibatkan cairan dengan cepat mengisi dan tertahan dalam monogram. Pemantauan yang efektif terhadap kecepatan penerapan salut ddan pengadukan tablet dengan saksama dalam panic akan mencegah penambalan.
IV.    Pelepuhan
Apabila tablet yang disalut memerlukan pengeringan lanjutan dalam oven, penguapan pelarut yang terlalu cepat dari inti tablet dan efek suhu tinggi pada kekuatan elastic dan adhesi salut selaput dapat menyebabkan pelepuhan. Kondisi pengeringan yang lebih ringan diperlukan dalam hal ini.
 V.    Perbedaan warna
Hal ini disebabkan oleh kondisi pemroresan atau formulasi . komposisi salut biasanya mengandung zat pewarna atau zat pemburam yang terdispersi . jika komposisi tidak terus menerus diaduk selama penerapan penyalutan,ingredient yang tidak larut akan mengendap. Formulasi kembali dengan zat pemlastis dan zat tambahan berbeda merupakan cara terbaik untuk mengatasi ketidakstabilan salut selaput yang disebabkan oleh ingredient salut.
I.        Peralatan Penyalutan
a.    Panci salut
Panci salut merupakan dasar dari setiap proses salut kecuali penyalutan yang mengandalkan alat pemrosesan lapisan zat alir (fluid-bed processing equipment). Panci bertindak sebagai wadah untuk bets produk yang akan disalut, dan merupakan sarana untuk membuat produk yang disalut dalam gerakan kontinu diseluruh proses sehingga mempermudah distribusi cairan penyalut yang seragam.
Sepanjang 3o tahun terakhir ini, desain panci salut telah mengalami beberapa perubahan besar. Teknologi penyalutan telah maju dan tuntutan untuk pemenuhan persyaratan praktik manufaktur yang baik telah meningkat.
Lamination dan Coating Pan
Kaveri Metallising & Counting
Fully Automatic Counting & Filling Machine
b.    Alat Penyemprotan Salut
Dalam kebanyakan pengoperasian panci salut modern, salah satu penekanan utama adalah penyedian cara untuk menerapkan cairan penyalut secara mekanik guna menghindari teknik manual seperti prosedur sendok tuang. Walaupun ada kesamaan dalam persyaratan untuk penerapan cairan penyalut secara mekanik antara proses penyalutan gula penyalutan selaput, terdapat juga perbedaan-perbedaan tertentu yang hampir pasti mempengaruhi pemilihan peralatan yang sesuai.
Cairan penyalut gula biasanya mengandung padatan lebih dari 70 % sehingga dapat menjadi sangat kental. Ini sangat berbeda dengan cairan salut selaput yang jarang mengandung lebih 20 % bahan yang tidak menguap (yang khususnya berada dalam kisaran 5-15%).
Peralatan penyalutan memerlukan rancangan yang sederhana saja yang memungkinkan cairan penyalut mengalir pada permukaan produk yang sedang berjatuhan. Sebaliknya cairan penyalut selaput (tanpa perkecualian) perlu diterapkan dalam keadaan teratomisasi halus dan secara seragam didistribusikan lintas permukaan produk yang sedang disalut.
Penerapan mekanik dihubungkan dengan setiap metode pemasukan dan penyalut lintas permukaan produk yang sedang disalut menggunakan cara salut cara manual sendok tuang.
           


Top Spray Granulator
c.    Panci Berlubang (Perforated Pan System)
Meskipun banyak kemajuan dari alat penyalut lapisan zat alir (fluid-bed coating equiment), telah muncul suatu penemuan baru, yakni panci salut berlubang, yang merupakan rancangan pilihan dalam kebanyakan penerapan salut selaput (kecuali untuk penyalutan selaput pada serbuk dan partikulat lainnya).
Walaupun terdapat banyak desain khusus dari tipe alat ini , dasar dari alat tersebut ialah memungkinkan udara dimasukan kepanci dan udara ditarik melalui produk yang sedang disalut dan akhirnya dilepaskan. Secara khas panci salut ini terdiri dari panci agak bersiku-siku dilengkapi dengan buffles pencampur yang berputar pada sumbu horizontal didalam kabinet tertutup.
Alat yang termasuk panci berlubang ini dalam perdagangan antara lain sistem Accela-Cota dan sistem Hi-Coater. Udara pengering masuk kedalam drum, dilewatkan melalui lapisan tablet, dan dihembuskan (dikeluarkan) melalui drum.
Acella Cota
Mesin Pencetak Tablet








J. faktor yang mepengaruhi mutu tablet selaput
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pembuatan tablet salut dan kualitas bentuk tablet salut, yaitu :
1.      Kecepatan penguapan pelarut
Kecepatan penguapan pelarut mempengaruhi langsung kualitas tablet salut dan waktu yang diperlukan untuk membuat tablet salut. Oleh Karena pentingnya proses penyalutan dalam waktu yang minimum, meningkatnya kecepatan penguapan pelarut menurunkan waktu yang tersedia untuk polimer-polimer berinteraksi. Oleh karena itu, jika kecepatan penguapan terlalu cepat, alat-alat mekanis film akan dirusak karena langsung merusak pada interaksi polimer. Tekanan uap pelarut dan suhu mempengaruhi kecepatan penguapan pelarut. Oleh karena itu, suhu yang rendah biasa digunakan untuk larutan salut.
2.      Perubahan volume udara
Perubahan volume udara akan langsung mempengaruhi kecepatan mengalirnya larutan salut dan juga merubah pola tanpa ruang penyalutan.
3.      Kelembaban khusus
Hal ini penting untuk mengontrol kelembaban tertentu dalam menghangatkan udara dan karenanya di dalam ruang salut untuk memastikan bahwa kualitas penyalutan tablet dioptimalkan. Jika kelembaban relatif di ruang penyalutan tinggi, pendinginan evaporatif oleh pelarut mungkin terjadi. Ini pada gilirannya akan menurunkan suhu udara di bawah titik embun, sehingga kondensasi air pada permukaan tablet. Ini akan mengganggu proses penyalutan,
mengakibatkan adhesi
kekurangan lapisan hidrofobik ke permukaan tablet
dan ketidaksempurnaan visual dalam lapisan terbentuk. Oleh karena itu,
kontrol dari kelembaban relatif dalam proses pelapisan diperlukan. Kehadiran kelembaban dalam ruang penyalutan mungkin berguna dalam menghilangkan listrik statis yang mungkin terjadi setelah proses penyalutan telah selesai.
4.    Lama dan kecepatan semprotan salut
Kecepatan semprotan dikontrol dalam proses penyalutan dan dipilih sesuai dengan kelarutan lapisan pelarut dalam volume udara dan viskositas. Di Selain itu, penting untuk memastikan integritas tetesan (yaitu meminimalkan tetesan agregasi) selama proses tersebut. Perlu dicatat bahwa tingkat semprotan yang berlebihan akan menghasilkan lapisan yang menunjukkan kurangnya adhesi pada permukaan tablet. Biasanya proses penyalutan akan melibatkan bahan-bahan pelapisan. Oleh karena itu salah satu metode ketebalan lapisan pada tablet dapat dimodifikasi adalah untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan dalam ruang penyalutan. Atau, konsentrasi bahan pelapis dapat ditingkatkan dalam lapisan solusi. Viskositas larutan harus diperhatikan untuk memastikan bahwa viskositas meningkat tidak membahayakan atomisasi proses, dan secara khusus ukuran tetesan.


BAB III
PENUTUP

III.1      Kesimpulan
            Tablet salut merupakan tablet yang dibuat dengan cara berturut-turut melapisi masing-masing lapisan tipis sukrosa atau bahan lain yang sesuai. Tablet salut terbagi tiga, yaitu tablet salut enteric, tablet salut gula dan tablet salut film
III.2      Saran
1.    Sebaiknya pihak universitas melakukan kebijakan-kebijakan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikannya..
2.    Fakultas sebaiknya meningkatkan perhatian di sektor penyediaan buku dan failitas-fasilits lainnya.
3.    Kepada mahasiswa, agar terus belajar dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dan jangan berbuat hal-hal yang bersifat merugikan.









DAFTAR PUSTAKA
1.    Siregar, Charles. 2008. Tekhnologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC
2.    Martindale, (1989),”The Extra Pharmacopeia, 29th Edition”, The Pharmaceutical Press, London.
3.    King, R. E., (1984),”Dispending Of Medication, Ninth Edition”, Mack Publishing Company, Philadelphia.