Flash Effect

Thursday, March 27, 2014




MAKALAH ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIK
“PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DESINFEKTAN”


unhas_logo.gif

OLEH :
ANANDA LISDA PUTRI
      N111 10 903












BAB I
PENDAHULUAN
a.    Latar Belakang
Perbekalan kesehatan rumah tangga adalah alat, bahan, atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan pemeliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat umum.
Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran mikroorganisme. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lantai. Contohnya, kebiasaan melepas sepatu sebelum masuk ke rumah dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi mata, perut dan paru-paru. Selain kebiasaan tersebut, masyarakat juga menggunakan cairan pembersih lantai untuk menjaga kebersihan lantai. Cairan pembersih lantai memiliki berbagai macam komposisi; antara lain air, pewarna, pewangi dan zat disinfektan.
Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup. Beberapa disinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih lantai adalah lysol (klorofenol dan kresol), karbol (fenol) dan kreolin.
Fenol merupakan salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan

b.    Rumusan Masalah
ü  Kelas-kelas Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü  Kategori dan Sub Kategori Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü  Produk Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Berbahaya
ü  Macam-Macam Desinfektan
ü  DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF (SISA KLOR) DENGAN METODE IODOMETRI

c.    Tujuan
ü  Mengetahui Kelas-kelas Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü  Menjelaskan Kategori dan Sub Kategori Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
ü  Menjelaskan Produk Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Berbahaya
ü  Mengetahui Macam-Macam Desinfektan
ü  Analisis DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF (SISA KLOR) DENGAN METODE IODOMETRI















BAB II
ISI

A.   PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

1. Kelas I (Resiko rendah)
PKRT yang pada penggunaannya tidak menimbulkan akibat yang berarti seperti iritasi, korosif, karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi formulir pendaftaran tanpa harus disertai hasil pengujian laboratorium. Contoh: kapas , tissue.
2. Kelas II (Resiko sedang)
PKRT yang pada penggunaannya dapat menimbulkan akibat seperti iritasi, korosif tapi tidak menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi persyaratan disertai hasil pengujian laboratorium. Contoh: Deterjen, Alkohol.
3. Kelas Ill (Resiko Tinggi)
PKRT yang mengandung Pestisida dimana pada penggunaannya dapat menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi persyaratan, melakukan pengujian pada laboratorium yang telah ditentukan serta telah mendapatkan persetujuan dan KOMISI PESTISIDA Contoh: Anti nyamuk bakar, repelan.

B. KATEGORI DAN SUB KATEGORI PKRT
1. TISSUE DAN KAPAS
a. Kapas kecantikan
b. Facial tissue
c. Toilet tissue
d. Tissue basah
e. Tissue makan
f. Cotton bud
g. Paper towel
h. Tissue dan kapas lainnya
2. SEDIAAN UNTUK MENCUCI
a. Sabun cuci
b. Deterjen
c. Pelembut cucian
d. Pemutih
e. Enzim pencuci
f. Pewangi pakaian
g. Sabun cuci tangan
h. Sediaan untuk mencuci lainnya
3. PEMBERSIH
a. Pembersih peralatan dapur
b. Pembersih kaca
c. Pembersih lantai
d. Pembersih porselen
e. Pembersih kloset
f. Pembersih mebel
g. Pembersih karpet
h. Pembersih mobil
i. Pembersih sepatu
j. Penjernih air
k. Pembersih Iainnya
4. ALAT PERAWATAN BAYI
a. Dot dan sejenisnya
b. Popok bayi
c. Botol susu
d. AIat perawatan bayi lainnya
5. ANTISEPTIKA DAN DESINFEKTAN
a. Antiseptika
b. Disinfektan
c. Antiseptika dan disinfektan Iainnya
6. PEWANGI
a. Pewangi ruangan
b. Pewangi telepon
c. Pewangi mobil
d. Pewangi kulkas
e. Pewangi lainnya
7. PESTISIDA RUMAH TANGGA
a. Pengendali serangga
b. Pencegah serangga
c. Pengendali kutu rambut
d. Pengendali kutu binatang peliharaan (bukan ternak)
e. Pengendali tikus rumah
f. Pestisida rumah tangga Iainnya

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1190/MENKES/PER/VIII/2010 Tanggal : 23 Agustus 2010

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) adalah alat, bahan, atau campuran bahan untuk memelihara dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat umum.
CONTOH PERBEKALAN KESEHATAN
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), misalnya :
1. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan Kapas kecantikan; Toilet article tissue; Sabun cuci batangan, sabun cuci cream, detergent sabun cair
2. Pestisida Rumah Tangga Pembasmi kutu rambut; Pembasmi seranggga rumah; Obat nyamuk bakar, cair, erosol; Pembasmi tikus
Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan.
a. Kapas kecantikan.
b. Toilet article tissue.
c. Sabun cuci batangan, sabun cuci cream, detergent sabun cair.
d. Pembersih alat rumah tangga, seperti pembersih kamar mandi, pembersih kaca, dan lainnya.
e. Alat perawat bayi, seperti botol susu dot, alat sterilisasi, teething ring, dan alat perawat bayi lainnya.
Pemutih Cucian
Pemutih cucian tidak boleh diiklankan seolah-olah hasil penggunaannya menjadi bebas kuman sama sekali.
Pembersih Lantai
Pembersih lantai tidak boleh diiklankan seolah-olah menghasilkan lantai bebas kuman dan aman

C.PRODUK PKRT YANG BERBAHAYA
Anti Nyamuk ( mengandung pestisida ), baik pemakaiannya dibakar, disemprotkan atau yang dioleskan dapat menyebabkan karsinogenik. Detergent, mengandung sodium Lauryl sulfat yang dapat menyebabkan oksidatif, iritatif dan korosif. Pembersih lantai, yang mengandung senyawa fenol yang dapat menyebabkan oksidatif, iritatif dan korosif. Antiseptik dan Desifektan, mengandung bahan antiseptik yang bersifat oksidatif, iritatif dan korosif. Diapers yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

CARA MENGHINDARI DAN MENCEGAH PRODUK PKRT BERBAHAYA
a. Bila terciprat pada kulit/badan
- Segera ganti baju , dan cuci kulit & tangan dengan sabun dan air
mengalir
b. Bila terhirup
- Segera keluar ruangan mencari udara segar.
- Bila diperlukan dengan memberikan pernapasan buatan
c. Bila tertelan
- Untuk pestisida : Rangsang pusat muntah pada penderita yang sadar, dan jangan dilakukan bila penderita tidak sadar, kejang dan penderita yang terpapar lebih dari 4 jam.
Berikan arang aktif/norit dengan dosis :
dewasa (13 th keatas) 25 – 100 gram
anak-anak (kurang dari 1 tahun) 10 – 25 gram
Untuk bahan yang korosif : sperti pembersih keramik, segera penderita diberi air minum/susu untuk diminum, kecuali bila penederita tidak sadar, kejang-kejang atau tidak dapat menelan.Penderita dewasa maksimal 200 ml sekali minum, anak-anak
maksimal 100 ml, jangan rangsang muntah.
- Untuk golongan hidrokarbon : minyak tanah, bensin dll jangan rangsang muntah, segera bawa ke rumah sakit/PKM terdekat.
d. Bila terciprat mata
- Segera semprot dengan air mengalir selama 15 menit
e. Bila keracunan pestisida Bio Alethrin
- Gejala keracunan : pusing , sesak napas, kejang perut, berkeringat
banyak. antidotum Atropin Sulphat.
f. Bila keracunan pestisida d – Alethrin.
- Gejala keracunan : pernafasan tidak teratur, otot besar pada anggota
badan .Antidotum simptomatik.

D.DESINFEKTAN

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.

Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi: penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :

1.    Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

2.    Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban

3.    Tidak toksik pada hewan dan manusia

4.    Tidak bersifat korosif

5.    Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6.    Tidak berbau/ baunya disenangi

7.    Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8.    Larutan stabil

9.    Mudah digunakan dan ekonomis

10.  Aktivitas berspektrum luas

Variabel dalam desinfektan

1.    Konsentrasi (Kadar)

Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.

2.    Waktu

Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.

3.    Suhu

Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.

4. Keadaan Medium Sekeliling

pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi.

MACAM-MACAM DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK

1.    Garam Logam Berat

      Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat

2.    Zat Perwarna

      Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.

3.    Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

4.    Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

5.    Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

6.    Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).

7.    Formaldehida

Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.

8.    Etilen Oksida

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat – rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong – tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

9.    Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.

10. Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.

11. Senyawa Amonium Kuaterner

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.

12. Sabun dan Detergen

Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.

13. Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang  mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida.

14. Antibiotik

antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.


bahan kimia desinfeksi


Walaupun kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis- jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golonganfenol danfeno l terhalogenasi, golongan garam ammonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini :
Golongan "aldehid"
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasusformaldehid daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutanformaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat.
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif dibanding formaldehid, sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virology dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L.
Pada prinsipnya golonganaldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkanglutaraldeh id untuk membunuh virus. Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untukformaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistemmukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanoldan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit.
Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein . Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap.



Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen diantaranya adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat.
Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus.
Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.
Golongan "halogen"
Golonganhalogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugushalogen terutama gugus klor, misalnyanatrium
hipoklorit, klor dioksida, natrium kloritdan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1- 5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.
Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan. Adapun kekurangan dari golonganhalogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.
Golongan "fenol"
Senyawa golonganfeno l danfenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lainfeno l (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun keunggulang dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.
Golongan garam
amonium kuarterner
Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida,dan setilpiridinium klorida. Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus. terutama untuk desinfeksi peralatannya.
Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk membunuhparvov irus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik yang sangat susah untuk dimatikan dibandingkan viruslipo filik.
Golongan "biguanida"
Bahan kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara lain klorheksidin. Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba terutama jenis bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negatif.Klorheksidin sangat efektif dalam proses desinfeksi Staphylococcus aureaus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik untuk membunuh beberapa organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta sama sekali tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.
Faktor yang harus diperhatikan
Dari semua bahan desinfektan tersebut di atas tidak semua dapat efektif dalam semua kondisi dan aplikasi. Perbedaan jenis mikroorganisme serta kondisi lingkungan akan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam sensitivitas atau resistensinya.
Supaya fungsi desinfektan menjadi efektif, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan produk desinfektan, yakni harus dapat digunakan dalam spektrum dan aktivitas penggunaan yang luas, menunjukkan daya reduksi/bunuh terhadap mikroorganisme hidup pada saat berkontak, dapat bekerja pada rentang pH dan suhu yang luas, dapat bekerja dengan adanya senyawa organik, waktu paparan/kerja yang cukup singkat, batas konsentrasi yang kecil, dan stabilitas senyawa.
Selain itu, untuk aplikasi di lapangan terdapat kecenderungan konsumen untuk memilih desinfektan yang aman bagi lingkungan, mudah untuk digunakan, daya aksi yang cepat serta murah. Tetapi faktor harga terkadang menjadi batasan tersendiri. Sebagai contoh
banyak konsumen menggunakan desinfektan gas klor (klorin) untuk proses desinfeksi air. Bahan tersebut bekerja dengan baik untuk membunuh bakteri, fungi dan virus, tetapi bahan ini mempunyai efek merusak/korosif pada kulit dan peralatan. Selain itu gasklorin juga berpotensi merusak sistem pernapasan bagi manusia dan binatang.
Dengan mengetahui dan mengenal jenis bahan kimia yang digunakan dalam produk desinfektan diharapkan konsumen dapat memilih produk yang tepat sasaran, yakni kesesuaian antara bahan kimia yang dikandungnya dengan jenis dan target mikroorganismenya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan menjadi tepat sasaran, berhasil guna dan berdaya guna. Manfaat lain adalah dengan mengetahui risiko dan efek negatif yang mungkin ditimbulkan oleh bahan kimia dalam desinfektan, seperti risiko keracunan pada anak, polusi terhadap lingkungan, risiko terhadap kesehatan serta efek karsinogen, maka diharapkan konsumen lebih berhati-hati dalam penggunaan dan penanganan produk-produk tersebut.

E.DISINFEKTAN ATAU KLOR AKTIF (SISA KLOR) DENGAN METODE IODOMETRI
Desinfeksi dapat dilakukan melalui beberapa cara, namun cara yang umum digunakan antara  lain sebagai berikut  ini  :
1.   Pemanasan
Air  dipanaskan  / dididihkan  selama  ( 15 – 20 ) menit .  Dengan  pendidihan ini , bakteri patogen dapat  mati ,dengan  demikian  air menjadi sehat. Metoda ini umum di terapkan secara individual.
2.   Pembubuh  Kimia  ( Desinfektan  kimia )
Proses  desinfeksi  dengan metode ini adalah dengan   mencampurkan suatu zat kimia  ( desinfektan )  ke dalam  air kemudian membiarkan dalam waktu yang cukup untuk memberikan  kesempatan  kepada desinfektan  untuk  berkontak dengan  bakteri .
Bahan yang dipergunakan  dalam proses  desinfeksi  disebut  desinfektan .
Syarat – syarat   Desinfektan  :
1.      Dapat mematikan  semua jenis organisme patogen dalam air.
2.      Dapat membunuh kuman yang dimaksud  dalam waktu singkat.
3.      Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah  dalam operasinya.
4.      Air tidak boleh  menjadi toksik setelah  disinfeksi.
    5.      Dosis  diperhitungkan agar memiliki residu  atau cadangan  untuk mengatasi adanya   kontaminasi di dalam  air.
Senyawa  Klor  dapat mematikan  mikrorganisme dalam air. Karena oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous  mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel bakteri sehingga menjadi rusak.
Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O3), klor (Cl2), klor dioksida (ClO2) dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultraviolet, pemanasan, dan lain-lain, digunakan untuk disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia yang disebutkan di atas, klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor).
Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba, ganggang, dan lain-lain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe2+, Mn2+, menjadi Fe3+, Mn4+, dan memecah molekul organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi sampai menjadi klorida (Cl-) yang tidak mempunyai daya disinfeksi. Di samping ini klor juga bereaksi dengan amoniak.
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca (OCl)2 (kaporit) atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga :
a. Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
b. Amoniak hilang sebagai gas N2
c. Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman
Untuk setiap unsure klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya klor aktif (residu) ditentukan melalui suatu analisa ; klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometris atau melalui titrasi kolorimetris dengan DPD. Analisa idiometris agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD.
Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri oleh senyawa klor itu selain oksigen bebas juga disebabkan oleh pengaruh langsung senyawa klor bereaksi dengan protoplasma.
Beberapa  percobaan juga menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme  disebabkan  reaksi kima antara asam hipochlorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu.
Faktor yang mempengaruhi efisensi desinfeksi adalah  :
-    waktu kontak
-    Konsentrasi desinfektan
-    Jumlah mikroorganisma
-    pH
-    Adanya senyawa lain dalam air.
Senyawa  klor yang sering digunakan untuk proses desinfeksi adalah Hipoklorit dari kalsium dan natrium.   Kloramin,  Klordioksida, dan senya komplek dari klor.
A.2. Klor aktif (sisa klor) dengan metode iodometri
Klor aktif akan membebaskan iodine I2 dari larutan kaliumiodida KI jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari  larutan. Asam asetik HAs (CH3COOH) harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisa ini adalah :
       I.            OCl- + 2 KI + 2 HAs ----->  I2 + 2 KAs + Cl- + 2 H2O
      II.            NH2Cl + 2 KI + 2 HAs ----->  I2 + KAs + KCl + NH4As
 III.            I2 + kanji ----->  warna biru
 IV.            I2 + 2 Na2S2O3 ----->  Na2S4O6 + 2 NaI                                                             
Dengan demikian hubungan antara jumlah klor dan jumlah titran adalah sebagai berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg0o0tmsQ0JkXnffI3A5EDyfK3y18Un3WgxnlIfMyu7U4CcdJTnTUS5E2vpLASfvXBiwvzdEJJPfjoph__92ZkjV9qpZkq8MRzL6cH4eEnBLfteq7vnVNeIgtyV79CCu7qDPeOx9rxQ5A/s320/Capture3.JPG
                                                                               
A.3. Gangguan
Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan oleh ion logam yang teroksidasi seperti Mn4+, Fe3+, dan sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S2- (sulfide), NO2- (nitrit), dan sebagainya.
A.4. Ketelitian
Batas kepekaan adalah kira-kira 20 µg Cl2 / l. Batas deteksi (konsentrasi terendah) adalah 0,5 mg Cl2 l. Hasil selalu sebagai mg Cl2 / l, walaupun juga termasuk unsur-unsur klor aktif yang lain.

A.5. Pengawetan sampel
Klor tidak stabil bila terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel.
Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah lebih stabil, tetapi sebaiknya disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat.

B.       BAHAN DAN ALAT PERCOBAAN
B.1. Alat-alat
a.    1 buret 25 ml : 1 mikrobiuret (untuk standarisasi dan titrasi klor)
b.    2 labu takar 1 l ; 1 labu takar 0,5 l (untuk larutan standar)
c.    2 beker 0,2 l, 0,5 l, dan 1 l; 1 gelas ukur 1 l (untuk pembuatan indicator dan keperluan   titrasi)
d.   1 pipet 50 ml, 20 ml, 5 ml, 1 ml; 2 pipet 10 ml
e.    mortir; botol kaca coklat; botol peniris (untuk indikator)
f.     kertas pH
g.    batang pengaduk kaca; karet penghisap; pengaduk magnetis serta magnetnya
B.2. Reagen
a.    asam asetik (glacial) yang pekat.
b.    kalium iodida KI Kristal (hablur)
c.    standar natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N
gunakan labu takar 1 liter untuk melarutkan 25 g Na2S2O3. 5 H2O; isi dengan air suling sampai volume menjadi 1 liter, lalu tambahkan beberapa ml kloroform CHCl3 supaya larutan stabil. Kemudian, awetkan larutan standar tersebut selama minimum 2 minggu sebelum distandarkan dan dipakai untuk pertama kali.
d.   standarisasi larutan Na2S2O3 dengan metode kaliumdikromat (masa pakai larutan Na2S2O3 adalah 24 jam sebelum perlu standarisasi lagi)
         Larutkan 4,904 g K2Cr2O7 (tanpa H2O, yang sudah dikeringkan pada suhu 1050C selama 2 jam) dalam 1 liter air suling. Larutan ini adalah larutan 0,10 N K2Cr2O7. simpan larutan ini dalam botol kaca dengan tutup kaca.
         Siapkan kurang lebih 80 ml air suling dalam beker 0,2 liter kemudian tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, 0,10 N K2Cr2O7 di atas dan lebih kurang 1 g KI, aduklah terus sambil menunggu selama 6 menit.
         Titrasikan larutan tersebut dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hamper habis (iodide telah dibebaskan).
         Tambahkan 1 ml larutan kanji, kemudian teruskan titrasi sampai warna biru hilang pertama kali (warna biru akan keluar lagi setelah beberapa menit), sehingga :
Normalitas Na2S2O3 = 1/ ml Na2S2O3 yang dibutuhkan

e.    standar natriumtiosulfat 0,010 N dan 0,005 N
dari larutan standar (pokok) natriumtiosulfat 0,1 N di dalam labu takar 0,5 l. 1 ml larutan titran 0,01 N sesuai dengan 354,5 µg klor sebagi Cl2. Bila kadar klor terlalu rendah untuk ditentukan dengan larutan 0,010 N maka digunakan standar natriumtiosulfat 0,005 N sebagai titran.
f.     indicator kanji
5 g kanji dengan sedikti air suling digiling dalam mortir. Tuangkan ke dalam 1 l air suling di dalam beker yang sedang mendidih (sterilisasi). Diamkan semalam agar terjadi endapan dan supernatant yang akan digunakan bebas dari kekeruhan. Tambahkan 4 g/l seng klorida (ZnCl) agar awet. Kemudian simpan dalam botol peniris.



C.      CARA KERJA
1.    Volume sampel dipilih sehingga volum titran yang dibutuhkan kurang dari 20 ml Na2S2O3 0,010 N. bagi sampel dengan kadar  klor 0,5 sampai 10 mg Cl2/l volumenya diambil 500 ml; sampel dengan kadar klor > 10 mg spasi CL2/l, perlu volum < 500 ml.
2.    Tuangkan 5 ml asam asetik (glacial) ke dalam sampel; adukalah agar pH merata dalam larutan yaitu sekitar pH 3 sampai 4. Cek dengan kertas pH, lalu tambahkan kurang lebih 1 g KI (warna kuning akan tampak). Aduklah terus.
3.    Sampel kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,010 atau 0,005 N dengan buret biasa atau mikroburet (agar lebih teliti) samapai warna kuning hamper hilang ( larutan bebas dari iodine); tambahkan 1 ml kanji, sampel akan berwarna biru, dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang pada titik akhirtitrasi.
4.    Pengaruh dari gangguan ditentukan melalui titrasi sebuah larutan blanko. Ke dalam volume air suling sebanyak sampel di butur 1, tambahkan 5 ml asam asetik, kurang lebih 1 g KI dan 1 ml larutan kanji. Kalau warn abiru keluar, lakukanlah titrasi seperti pada butir 3. Kalo warna biru tidak muncul, titrasikanlah dengan 0,0282 N larutan iodine sampai warna biru keluar; lalu titrasikanlah seperti pada butir 3. Kalau dalam kasusu terkhir volume titran iodine adalah lebih besar daripada volum titran Na2S2O3, mak nilai B (butir B.3) adalah negative.
5.   Agar supaya analisa teliti, duplikst dibuat untuk setiap sampel.
Untuk praktikum
Volum sampel cukup 100 ml titrasi dapat dilakukan langsung di dalam botol reaksi.. Dianggap bahwa dalam larutan blanko tidak ada gangguan sehingga nilai B pada butir C.1 hampir sama nol. Namun cara tersebut kurang teliti untuk maksud riset.

C.1. Perhitungan
Klor aktif sebagai mg Cl2/l =(A-B).N.35453/v
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 untuk blanko (bisa positif atau negatif)
N = normality larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Klor aktif akan membebaskan iodine I2 dari larutan kaliumiodida KI jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari  larutan. Asam asetik HAs (CH3COOH) harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.






















DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Engineering; Treatment, Disposal and Reuse, Third Edition, McGraw-Hill, Inc., New York.
- See more at: http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/disinfektan-atau-klor-aktif-sisa-klor.html#sthash.oLeCAuJL.dpuf
http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/disinfektan-atau-klor-aktif-sisa-klor.html















No comments:

Post a Comment