Flash Effect

Saturday, March 29, 2014

Skizofrenia


A.    Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak wajar atau tumpul. Menurut Emi Kraeplin skizofrenia terjadi karena kemunduran intelegensi sebelum waktunya sehingga disebut dimensia prekoks/muda.
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan dalam isi dan organisasai pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
Ø  Faktor predisposisi
·      Faktor genetic
Individu–individu yang berada pada resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan keturunan yang sama, terutama pada kembar monozigot yang mempunyai angka kesesuaian yang lebih tinggi.
Penelitian pada kembar monosigot yang diadopsi menunjukkan bahwa yang diasuh oleh orang tua angkat mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Temuan ini menyatakan bahwa pengaruh genetika melebihi pengaruh lingkungan.
·      Faktor biokimia
Menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmitter, yang diperkirakan menghasilkan gejala–gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi–asosiasi yang umumnya diobservasi.
Ø  Teori tentang Skizofrenia
·      Teori psikoanalitik
Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan neurosis. Pandangan psikoanalisis umum tentang skizofrenia menhipotesiskan bahwa defek ego mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian dorongan-dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan agresi. Gangguan terjadi sebagai akibat dari penyimpangan dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya. Seperti yang dijelaskan oleh Margaret Mahler, anak-anak adalah tidak mampu untuk berpisah dan berkembang melebihi kedekatan dan ketergantungan lengkap yang menandai hubungan ibu anak didalam fase oral perkembangan. Orang skizofrenia tidak pernah mencapai ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan identitas yang pasti dan yang disebabkan oleh perlekatan erat dengan ibunya selama masih bayi.
·      Teori psikodinamik
Pandangan psikodinamika tentang skizofrenia , mereka cenderung menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan suatu penelitian yang baik menyatakan bahwa pasien dengan skizofrenia adalah sulit untuk menyaring berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu. Defek pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan menempatkan stress tertentu pada hubungan interpersonal.
·      Teori belajar
Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir yang irrasional dengan meniru orangtuanya yang memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna. Hubungan interpersonal yang dari orang skizofrenia, menurut teori belajar, juga berkembang karena dipelajarinya model yang buruk selama masa anak-anak.
·      Teori sistem keluarga
Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Gregory Bateson (Konsep ikatan ganda) untuk menggambarkan suatu keluarga dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orangtuanya tentang prilaku, sikap, dan perasaan anak. Di dalam hipotesis tersebut anak menarik diri kedalam psikostik mereka sendiri untuk meloloskan dari kebingungan ikatan ganda yang tidak dapat dipecahkan.



B.     Kriteria diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1)      “throught echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan , walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“throught insertion or withdrawal “ = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“throught broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya ;
2)       “ delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /anggota gerak atau kepikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
3)      halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien; atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4)      Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing darri dunia lain).
atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
5)      Halusinasi yang menetap darri pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus
6)      Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat incoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme
7)      Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
8)      Gejala-gejala “negatif” , seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurung waktu satu bulan atau lebih ( tidak berlalu untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
C.     Tipe skizofrenia
Ø  Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid dikarakteristikkan dengan adanya Waham-waham kejaran atau kebesaran, merasa dirinya tinggi / istimewa, dan adanya kecurigaan yang ekstrem terhadap orang lain. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa whistling, humming atau laughing
Ø  Skizofrenia hebefrenia
Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang dan terputus-putus. Afek datar atau tidak sesuai, mood pasien dangkal dan tidak wajar, sering cekikan, senyum sendiri, tertawa menyeringai dan ungkapan kata yang diulang-ulang.
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk menyendiri serta perilaku hampa tujuan dan hampa perasaan.


Ø  Skizofrenia katatonik
Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang essensial dan dominan yang dimanifestasikan seperti : Stupor ( amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan ) atau mutisme, Aktivitas motorik yang berlebihan, Negativitisme yang ekstrim, Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing, Rigiditas, Ekolalia atau ekopraksia.
Ø  Skizofrenia residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ( terdiri dari satu atau lebih episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol ). Perilaku pada skizofrenia residual eksentrik tetapi gejala psikosis pada saat dirawat tidak menonjol. Gejala negatif skizofrenia yang menonjol, seperti perlambatan psikomotor, aktivitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan dan komunikasi non verbal yang buruk.
Ø  Skizofrenia simpleks
Suatu kelainan yang tidal lazim dimana ada perkembangan yang bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh. Tidak terdapat waham dan halusinasi, tetapi disertai dengan perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara sosial.
D.    Terapi
1.   Terapi somatic
Ø Antipsikotik
·   Antipsikosis tipikal golongan fenotiazin (klorpromazin dan dan derivate fenotiazin)
Farmakodinamik : efek farmakologk klorpromazin dan antipsikosis lainnya meliputi efek pada susunan saraf pusat, system endokrin dan system otonom. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor diantaranya dopamine, reseptor α-adrenergik, muskarinik, hstamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine, juga memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor α-adrenergik, sedangkan risperidon memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2.
Farmakokinetik : kebanyakan antipsikosis diabsorpsi sempurna, sebagian diantaranya mengalami metabolism lintas pertama. Bioavailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%), serta memiliki volume distribusi besar (lebih dari 7 L/kg). metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.
Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Pada susunan saraf pusat dapat menimbulakan penyakit Parkinson karena mekanisme kerja dari klorpriomazin yang menghambat reseptor dopamine. Dapat pula meningkatkan berat badan karena penghambatan reseptor H1 dan 5HT2. Dapat juga menyebabkan kejang toksik karena penghambatan reseptor muskarinik. Atau pada system endokrin dapat menyebabkan amenorea, galaktorea, infertilitas dan impotensi karena adanya penghambatan reseptor dopamine yang menyebabkan hiperprolaktinemia.
·   Antipsikosis tipikal golongan lain
Haloperidol
Farmakodinamik : haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif nuntuk fase mania penyakit mank depresif dan skizofrenia. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan orang tidurpada orang yang mengalami eksitasi. Efek sedative haloperidol kuarng kuat jika dibandingkan dengan CPZ.
Farmakokinetik : haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresinya lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikelurkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.
Efek sampan dan intoksikasi : haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama pada pasien usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimaulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse kedaan mania atau sebagi efek samping yang sebernanya. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil sampai dapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
Dibenzoksazepin
Farmakodinamik : deriavat senyawa ini adalah loksapin. Loksapin memiliki efek antiemetic, sedative, antikolinergik dan antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis lainnya.
Farmakokinetik : diabsorpsi baik per oral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM) dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 3,4 jam. Metabolit utamanya (8-hidroksi loksapin) memiliki waktu paruh yang lebih lama (9 jam).
Efek samping : insiden reaksi ekstrapiramidal )selain diskinesia Tardif) terletak antara fenotiazin alifatik dan fenotiazin piperazin. Seperti antipsikosis lainnya dapat menurunkan ambang bangkitan pasien, sehingga harus hati-hati digunakan pada pasien dengan riwayat kejang.
·   Antipsikosis atipikal
Dibenzodiazepine (klozapin)
Kolzapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif maupun yang negative. Efek yang bermanfaat terlihat dalam 2 minggu, diikuti pembaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar.
Ø Obat lain
·   Lithium
Dikenal sebagai antimania atau sebagai mood stabilizer karena kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan bipolar (manic-depresif).
2.   Terapi elektro konvulsif ( ECT )
Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek lamanya serangan skizofrenik dan dapat mempermudah kontak dengan pasien.Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. ECT lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulans, bahaya lebih kecil, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus. ECT baik hasilnya pada jenis katatonik terutama katatonikstupor. Terhadap skizofrenik simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lantas diberi ETC, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
3.   Terapi psikososial
Ø Terapi perilaku
Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yanga dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapakan. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau mernyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan.
Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang keterampilan.
Ø Terapi berorientasi keluarga
Perilaku setelah periode pemulangan, topik penting yang dibahas adalah proses pemulihan. Pusat terapi harus pada situasi untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang memungkinkan menimbulkan kesulitan. Terapi selanjutnya dapat diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
Ø Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi ini juga efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
4.   Terapi psikomotor
Terapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta responnya dalam perubahan perilaku dengan tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.
5.   Terapi rekreasi
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
6.   Art terapi
Art terapi ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari, lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga mendapatkan berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.
Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat memberikan berbagai kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.
7.   Rehabilitasi
Pengertian rehabilitasi adalah :
Ø  Suatu proses yang kompleks, meliputi berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, educational dan vaksional yang terpadu untuk mempersiapkan , meningkatkan/mempertahankan dan membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf kemampuan fungsional setinggi mungkin.
Ø  Suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi penderita cacat agar mampu melaksankan fungsi sosilanya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Dalam proses kegiatan pelayanan rehabilitasi pasien mental ada 2 usaha pokok yaitu persiapan , penyaluran/penempatan dan pengawasan.


PUSTAKA

Departemen Farmakologi Dan Terapi. 2007. “FARMAKOLOGI DAN TERAPI”. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC




No comments:

Post a Comment