Flash Effect

Saturday, March 29, 2014

Masalah-masalah dalam formulasi supositoria


Masalah-masalah dalam formulasi supositoria

1.      Lachman industry;1583
a.       Adanya air dalam supositoria. Air sebaiknya dihindari sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat dalam supositoria, dengan alasan sebagai berikut:
- air dapat mempercepat oksidasi lemak
- jika air menguap, maka zat-zat yang terlarut akan membentuk kristal kembali
- kecuali jika air berada dalam jumlah yang tinggi untuk melarutkan obat, air mempunyai nilai kecil dalam membantu absorpsi obat
- reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam supositoria lebih sering terjadi jika ada air, sehingga kadang-kadang digunakan senyawa anhidrat  untuk mencegah kemungkinan ini
- pemasukan air dan zat-zat lan yang dapat dikontaminasi oleh pertumbuhan bakteri dan fungi memerlukan tambahan bakteriostatik seperti paraben
b.      Higroskopitas. Supositoria gelatin yang mengandung gliserin kehilangan kelembaban oleh penguapan dalam iklim kering dan mengabsorpsi lembab dalam kelembaban tinggi. Basis PEG juga higroskopis laju perubahan lembab dalam basis PEG tidak hanya tergantung pada kelembaban temperatur, tetapi juga pada rantai molekul
c.       Ketidakcampuran. Basis PEG ternyata tidak dapat bercampur dengan garam-garam perak, asam brat, aminopirin, kinin, ichtimml, aspirin, benzokain, iodoklorohidroksin dan sulfanamida. Sebagian besar bahan kimia mempunyai kecenderungan mengkristal dari PEG misalnya; barbital natrium, asam salisilat dan champora.
d.      Viskositas. Viskositas massa supositoria yang mencair adalah penting dalam pembuatan supostoria rektum. Setelah mencair, minyak cokelat cair dan beberapa penggantinya mempunyai viskositas rendah, sedangkan basis tipe gelatin yang mengandung gliserin dan tipe PEG mempunyai viskositas yang jauh lebih tinggi dibandingkan viskositas minyak cokelt.
e.       Kerapuhan. Supositoria yang dibuat dari minyak cokelat sangat elastis dan tidak mudah pecah. Busa-busa lemak sintetik dengan derajat hidrogenasi yang tinggi dengan kandungan stearat yang tinggi, dengan kandungan padatan yang lebih tinggi pada teperatur kamar biasanya lebih rapuh. Pecahnya supositoria yang dibuat dengan basis seperti itu seringkali disebabkan oleh pendinginan yang sangat cepat dari basis yang encair dalam suatu cetakan yang sangat dingin.
f.       Kerapatan. Untuk menghitung jumlah obat tiap supositoria, kerapatan basis tersebut harus diketahui. Volume ruang cetakan ditetapkan sehingga berat masing-masing supositoria tergantung rapatan massa. Pengetahuan tentang berat supositoria dapat diperoleh dari cetakan tertentu seri-seri kerapatan basis yang dipilih, kemudian bahan-bahan aktif cetakan tertentu serta kerapatan basis yang dipilih dapat ditambahkan pada basis dalam jumlah sedemikian sehingga obat dalam jumlah tertentu pasti terdapat dalam masing-masing supositoria yang mencair.
g.      Penyusutan volume. Fenomena  ini terjadi dalam sebagian supositoria cair setelah didinginkan dalam cetakan. Hasil-hasil ditunjukkan dalam dua cara berikut:
-          pelepasan massa keluar dari cetakan. Ini disebabkan oleh peracikan massa keluar dari sisi cetakan, menghapuskan perlunyazat-zat yang lepas dari cetakan
-          pembentukan lubang penyusutan pada ujung terbuka cetakan tersebut. Ciri yang tidak dikehendaki ini menyebabkn bobot supositoria lebih kecil dan penampilannya tidak sempurna.
h.      Pelumas atau zat pelepas dari cetakan. Minyak cokelat menempel pada cetakan supositoria karena volume penyusutan rendah sehingga supositoria ini sukar dilepaskan dari cetakan, sehingga berbagai pelumas atau zat pelepas dari cetakan harus digunakan untuk mengatasi kesulitan ini.
i.        Faktor pengganti dosis. Jumlah dosis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam formulasi supositoria dapat dihitung. Faktor pengganti F diturunkan dari persamaan :
F = 100 (E-G)    + 1
                           (G) . (X)
j.        Pengawasan bobot dan volume. Jumlah bahan aktif dalam supositoria tergantung pada :
-          konsentrasi dalam massa tablet
-          volume ruang cetakan
-          bobot jenis basis tersebut
-          volume antara cetakan, mesin cetak yang baik dapat menjaga ruang volume masing-masing tidak lebih dari 2% harga yang diinginkan
-          variasi bobot antara supositoria karena tidak konsistennya proses pembuatan, pergerakan yang tidak merata.
k.      Ketengikan dan antioksidan. Ketengikan disebabkan oleh antioksidasi dan penguraian berturut-turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak jenuh dengan bobot molekul sampai pertengahan (C3-Cn), berbagai keton dan asam, yang mempunyai bau kuat dan tidak menyenangkan. Makin rendah kandungan asam lemak jenuh dalam suatu basis supositoria, makin besar daya tahan basis terhadap pengembangan ketengikan.
2.      Scovile’s:384
Walaupun, secara umum, satu dari beberapa prosedur dapat dikerjakan dalam pembuatan supositoria, penambahan substansi tertentu yang ditambahkan pada minyak cokelat dapat mengubah karakteristiknya atau dengan beberapa alasan dapat menimbulkan masalah dalam peracikan. Tindakan pencegahan harus diambil atau prosedur umum harus diubah pada keadaan berikut:
1.      Ketika penambahan bahan lain menurunkan titik lebur dari minyak cokelat
2.      Ketika penambahan bahan lain menaikkan titik lebur dari minyak cokelat
3.      Ketika penambahan bahan yang tidak larut
4.      Ketika digunakan pelarut
5.      Ketika digunakan  sejumlah besar volume dari bahan obat
a.       Penurunan titik leleh. Titik leleh minyak cokelat turun dengan penambahan minyak menguap dan bahan tertentu yang larut minyak seperti kamfer, kloralhidrat, kreosot, fenol dan salol. Perluasan efek dari bahan-bahan ini pada titik leleh tergantung pada bahan itu sendiri an jumlah bahan yang ditambahkan. Seringkali sulit untuk membenarkan dan pada kasus ini bagus untuk membuat supositoria dengan proses panas dan membiarkan supositoria dituang pada cetakan beku. Penambahan spermaseti atau lilin juga dapat meningkatkan titik leleh, jadi supositori dapat dibuat dengan metode tangan. Jermstad dan Frethein menemukan bahwa kurang dari 18% spermaseti menurunkan titik leleh inyak cokelat, tapi saat 20% ditambahkan hasil titik leleh dari campuran sama dengan minyak cokelat murni. Diatas 28% spermaseti meningkatkan titk leleh di atas suhu tubuh.
Lilin juga dapat digunakan untukmeningkatkan titik leleh dari supositoria, tapi karena seringkali keras maka tidak disukai dibanding spermaseti. Kurang dari 3% lilin menurunkan titik leleh minyak cokelat, sedag lebih dari 5% meningkatkannya di atas 370C. Oleh karena itu, sekitar 4% yang digunakan. Agar dalam pencampuran tidak menyebabkan titik lelehmenjadi terlalu tinggi, dilakukan pengujian dengan menempatkan beberapa massa pada air dengan suhu 370C, jika idak meleleh, spermasetid dan lilin digunakan sedikit. 3-5% lilin juga meningkatkan absorpsi air pada basis tanpa peningkatan titik leleh dari massa supositoria. Sampai 50% larutan berair dapat bercampur pada basis yang terdiri dri 5% lilin dan 95% minyak cokelat.
b.      Peningkatan titik leleh. Perak nitrat dan timbal asetat merupakan bahan kimia yang dapat meningkatkan titik leleh minyak cokelat di atas suhu tubuh. Penambahan sejumlah kecil minyak kacang atau beberapa minyak sejenis akan menurunkan titik lebur di bawah suhu tubuh.
c.       Cairan yang tidak larut dengan minyak cokelat. Hal ini mungkin dapat menjadi berair atau alkohol digunakan sebagai bahan obat dalam supositoria, atau mungkin bahan itu sendiri, seperti ichtammol. Jika jumlah bahan yang tidak larut ditambahkan sedikit, supositoria dapat dibuat denga metode panas atau dengan pengempaan. Jika jumlah besar bahan yang tidak larut digunakan, cenderung untuk memisah dan menghasilkan ketidakpuasan. Bahkan ketika sejumlah kecil digunakan dengan etode panas, harus dibuat dengan hati-hati untuk mencega pemisahan dengan endinginkan supositoria pada titik beku dan mengaduknya dengan cepat sebelum supositoria dituang. Metode cetak tangan, tidak diragukan lagi merupakan metode pilihan untuk bahan yang tidak larut dengan lemak cokelat, karena bahan lebih seragam campurannya dapat disiapkan dan pemisahan dapat lebih cepat dicegah.
d.      Penggunaan pelarut. Ketika ekstrak pilular digunakan, harus dilunakkan dan dibuat enjadi semicair dengan memberikan beberapa tetes alkohol. Dengan cara lain, serbuk ekstrak tidak perlu menggunakan pelarut dan karena itu lebih disukai. Beberapa bahan sebagai bahan celup dan campuran protein perak yang dapat dilunakkan atau dilarutkan dengan menggunakan sejumlah kecil air atau alkohol cair. Jumlah larutan yang digunakan harus sesedikit ungkin, lemak bulu domba berguna sebagai bahan tambahan pada supositoria mengandung sejumlah besar ekstrak atau larutan berair karena sifatnya yang menyerap cairan. Hal ini berefek pada titik lebur pada minyak tetapi sedikit. Penggunaan sedikit pati juga memberikan kekuatan pada supositoria tipe ini. Jika ekstrak pilular dari belladona digunakan, harus dilunakkan dengan beberapa tetes alkohol 65%. Jika serbuk ekstrak digunakan, mungkin dapat ditangani seperti serbuk lain. Morfin sulfat harus dilarutkan dalam 1 ml air hangat dan diambil dengan sejumlah kecil lanolin untuk memastikan distribusi yang baik dari alkaloid.
e.       Volume besar dari bahan obat pada kasus ini, relatif sejumlah besar bahan obat ditentukan, hal ini kadang sulit untuk menentukan massa plastis yang cukup untuk membuat supositoria dalam beberapa metode. Hal ini sulit untuk dikoreksi dengan penambahan sejumlah kecil lemak bulu domba dan denga pembuatan supositoria dengan metode tangan.









No comments:

Post a Comment