Flash Effect

Sunday, January 13, 2013

LOST IN NEVERLAND chapter 1

Hey, actually long time back, I was trying to write a Fantasy Novel. Had been writing that story since I was in secondary school but haven't shown it to anyone yet. so perhaps I am gonna try to post it here. I'm going to begin with the 1st chapter. I was writing it in Indonesian tho :p.. I promise if many people like this story, I will translate it to English, wanna try something that Rowling did..heheh. Wanna be a great author like she is.
Well enjoy!!!



LOST IN NEVERLAND

Keluarga McCarter

Bulan januari telah berlalu, membawa angin segar musim semi yang penuh dengan wangi rumput yang menghijau dan bunga-bunga yang kembali mekar menunjukkan keindahannya. Mereka itu seperti tersenyum menyambut datangnya musim semi, setelah sekian lama mereka terlelap untuk sementara waktu. Terlihat bunga mawar, yellow-moon, edelweiss dan lilly mekar di halaman rumah-rumah berwarna pucat. Seakan bunga-bunga tersebut ingin memberi warna kepada rumah-rumah yang terlihat dingin dan pucat. Hari itu kota London sangatlah cerah dengan langit biru membentang di atasnya. Matahari bersinar amat menyilaukan, menghangatkan dan memancarkan sinarnya memasuki jendela-jendela kaca. Terlihat beberapa orang keluar dari rumahnya dan bergegas menuju tempat kerja. Terlihat beberapa wanita keluar rumah hanya untuk bisa menikmati segarnya pagi di musim semi. Menikmati udara yang hangat….well…sekarang mereka tidak perlu lagi memakai pakaian yang berlapis lapis untuk keluar rumah. Mereka terlihat senang dan ceria dengan setelan kantor mereka, dan tidak perlu lagi menanggung beratnya mantel musim dingin.
Hari itu Victoria Street dilewati oleh beberapa orang yang terlihat sibuk. Di ujung jalan ini terletak rumah yang nampak sederhana. Cat putihnya memantulkan cahaya matahari yang menimpanya.. pagarnya terbuat dari kayu yang juga di warnai dengan warna yang sama dengan warna rumahnya, namun dipercantik dengan hiasan bunga-bungaan warna-warni yang menjalar di sepanjang pagar membuat rumah itu terlihat sedikit ceria. Rumputnya pun terlihat sangat hijau dan segar. Rumah tersebut dihuni oleh keluarga McCarter. Rumah nomor 11 yang berdiri tepat di ujung jalan Victoria Street, yang terlihat hampir sama dengan rumah-rumah yang lain. Well,,,saat kau melangkah ke kompleks perumahan ini, kau akan sulit membedakan rumah-rumahnya. Bentuknya nyaris sama, begitu pula warnanya…sangat putih dan pucat….tapi begitulah keadaan di Victoria Street, nothing can change it.
Baiklah kita kembali ke keluarga McCarter. Louisa McCarter sedang tertidur pulas dengan mimpi yang indah. Serasa ia tak ingin terbangun dari mimpinya. Namun semuanya buyar saat terdengar gedoran pada pintunya. Ibunya sedari tadi mengetuk pintu, tapi karena tidak ada respon dari penghuninya, terpaksa ia menambah sedikit kekuatan pada ketukannya, dan sedikit teriakan.
“LISAAAAAA!!!! Bangunn!!!! Kau harus ke sekolah!!!” teriak Mrs. McCarter yang hamper saja tersedak.
Mrs. McCarter adalah wanita berumur 40 tahun, namun masih terlihat cantik. Tubuhnya tidak terlalu tinggi karena ia memiliki keturunan Chinese dari nenek buyutnya. Dengan rambut hitam legam di potong pendek denyan gaya tahun 80an. Dia tidak biasa berteriak seperti itu, tapi kali ini ia berpikir harus sedikit berlatih untuk menghadapi anaknya yang satu ini.  Lisa memang tipe anak yang amat sangat sulit untukk bangun pagi. Tapi dengan teriakan seperti itu kurasa semua tetangga dapat terbangun karenanya.
Lisa pun terbangun dengan tergesa-gesa dan langsung membuka pintu kamarnya.
“Yaaa….Mom aku sudah bangun!!!” teriaknya.
“Huh…coba liat jam berapa sekarang??? 30 menit lagi kau akan terlambat sekolah, sementara kau belum mandi dan sarapan!” kata ibunya dengan nada sedikit tinggi.
“WHAT????” jerit Lisa sambil langsung berlari mencari handuknya
“Kenapa Mom tidak membangunkan ku sedari tadi??” protesnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.
“Ibu sudah mengetuk pintumu dari 30 menit yang lalu. Kau saja yang tidur seperti mayat.” Omel ibunya sambil membantu menyiapkan seragam sekolah anaknya.
Lisa hanya mandi selama 5 menit dan dengan terburu-buru memakai seragam sekolahnya. Setelah semua selesai, ia menuruni tangga dan menghambur ke dalam dapurnya, dimana ayah dan kakak laki-lakinya sedang sarapan.
“Good morning Lis!” sapa Ayahnya. Sedankan kakaknya tidak mengatakan sesuatu.
Well…Mr,McCarter adalah pria yang cukup tampan di usianya yang sudah hamper menginjak 48 tahun. Dia berbadan tegap dan atletis. Perawakannya itu juga diturunkan kepada anak Laki-lakinya, Robby. Sedangkan Lisa sendiri memiliki roman wajah ibunya yang sedikit original Chinese American dengan tinggi yang sedang dan rambut panjang yang hitam legam seperti ibunya, Lisa termasuk anak perempuan yang “lumayan”.
Hari itu adalah hari pertama sekolah setelah liburan Natal usai. Ia bersekolah di Horace Green High School, sedangkan kakaknya telah diterima di universitas ternama di London. Tahun ini merupakan tahun terkhir bagi Lisa dan berencana untuk mengikuti jejak kakaknya. Lisa merupakan gadis yang aktif dan cerdas. Ia salah satu yang terbaik di kelasnya. Tidak sia-sia ia menggunakan kacamata berminus 6 tersebut setiap saat. Lisa paling tidak bisa berdandan, dia hanya bisa fiokus pada pelajarannya, karena itulah kecantikannya tidak terlalu terpancar. Dan terlihat sedikit culun.
Setelah ia sarapan dengan tergesa-gesa ia cepat-cepat menuju halaman belakang untuk mengambil sepedanya. Ia meletakkan tasnya dikeranjang depan sepedanya. Sepeda itu adalah hadiah dari kakeknya. Ia pun langsung meluncur ke sekolahnya dengan sepeda kesayangannya itu. Dengan kayuhan yang teratur tapi tetap dapat mengejar keterlambatannya.

**********************************************************************

No comments:

Post a Comment